Kartu anggota itu menjadi salah satu inovasi yang dibuat Ismail. Dengan kartu anggota tersebut, nelayan mendapatkan subsidi saat membeli di toko peralatan tangkap ikan di belakang rumahnya di Jalan Raya Bulalung, Tanjung Batu.
Di toko itu hampir semua barang punya dua harga. Satu harga untuk nelayan umum. Satu lagi harga yang lebih murah untuk nelayan anggota. Selisihnya cukup besar. Mulai ratusan hingga ratusan ribu rupiah. Mesin kapal, misalnya, untuk nelayan biasa dihargai Rp 8-9 juta. Sedangkan untuk anggota sekitar Rp 7,5 juta. Yang murah seperti mata pancing untuk nelayan umum Rp 3.000 per biji. Anggota cukup Rp 2.500.
Ismail memang sengaja memamerkan perbedaan harga itu untuk memancing rasa penasaran nelayan lain. Biasanya mereka akan meminta penjelasan lebih detail mengapa kok beda harga. ”Di sana itulah kami sosialisasikan cara dan manfaat besar menangkap ikan dengan ramah lingkungan,” ungkap suami Nur Widia Masita itu.
Tapi, Ismail begitu ketat menyeleksi anggotanya. Begitu ketahuan menyelipkan ikan hasil bom, kartu anggota dicabut dan masuk blacklist. ”Pernah ada nelayan yang debat sama saya. Untuk buktikan, kami belah ikannya dan terbukti tulangnya remuk. Nelayan itu malu sendiri,” bebernya.
Ismail dengan tegas mencabut kartu anggota meskipun nelayan itu sudah lama menjual ikan kepadanya. ”Jadi shock therapy untuk yang lain,” ucap pria berdarah Bugis tersebut.
Selain itu, Ismail memberikan pinjaman tanpa bunga. Uang yang bergulir sudah Rp 425 juta. Nelayan bisa sesuka hati membayar pada saat menjual hasil tangkapan. Mulai Rp 5 ribu hingga Rp 10 ribu. ”Tidak ada paksaan kapan harus lunas,” ujar dia.
Tapi, Ismail sudah menyosialisasikan bahwa uang pinjaman tersebut tidak bisa lebih dari Rp 500 juta. Jadi, bila ada nelayan yang butuh uang pinjaman, biasanya ada pula yang akan menyindir nelayan lain untuk segera membayar. ”Begitu ada yang membayar, yang mengajukan pinjaman kami hubungi kalau uangnya sudah ada,” kata Ismail.
Nelayan memang lebih suka menangkap ikan dengan cara mengebom. Sebab, hasil yang didapatkan melimpah sampai berton-ton. Tentu uangnya pun banyak. Tapi tidak berkah. Alias uang tersebut seolah lewat begitu saja.