bandungekspres.co.id, BANDUNG – Densus 88 AT dan Brimob Polda Jabar penggeledahan rumah kontrak terduga teroris Abu Sofi (AS) yang tewas setelah digerebek di Kabupaten Purwakarta, Minggu lalu (25/12). Penggeledahan dilakukan di rumah kedua istrinya.
Penggeledahan pertama dilakukan di rumah istri tua AS di Kampung Sirnagalih Nomor 46, RT 3/RW 11, Desa Sekarwangi, Kecamatan Soreang. Di lokasi ini ditemukan sejumlah dokumen, handphone serta buku-buku kitab.
Ketua RT 3, Oon Zaenudin mengatakan, AS baru tiga bulan menempati kontrakan tersebut. Pada saat pertama tinggal di kontrakan ini, kata Oon, pihaknya telah meminta kartu keluarga atau KTP. Namun, dia tidak pernah memberikannya dengan alasan tidak terbawa.
”Dia (AS) tinggal di sini bersama kedua anaknya. Istrinya sedang hamil, namun seluruh anaknya dia bilang ada enam orang,” tutur Oon, kemarin.
”Mereka tidak pernah bersosialisasi dengan warga setempat, mereka tergolong tertutup,” tambahnya.
Tidak sampai di situ, Tim Densus 88 bersama Brimob Polda Jabar kemudian beranjak melakukan penggeledahan kedua di rumah kontrakan istri muda AS di Kampung Lebakwangi RT 10/RW 03 Desa Sekarwangi, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung. Di lokasi ini, ditemukan 12 item dokumen serta buku-buku kitab.
Tetangga istri muda AS, Neneng, 35, mengungkapkan, rumah tinggal mereka bertepatan dengan rumah terduga teroris tersebut. Mereka kerap memanggil satu sama lain, Abi dan Umi. Neneng tidak tahu nama jelas suami istri tersebut.
”Umi itu, tinggal di kontrakan ini baru tiga bulan. Tetapi, suaminya sudah dua minggu tidak pulang-pulang dan istrinya bersama saudaranya dan ke-9 anaknya meninggalkan kontrakan ini. Umi dan saudara perempuannya memakai cadar,” ungkapnya.
Menurut Neneng, keseharian istri muda AS, sangat ramah dan baik. Sebelumnya suami istri itu berjualan minuman teh dingin di depan Mapolsek Soreang. Para tetangganya, katanya, tidak terlalu mengetahui profesi yang digeluti pasangan tersebut karena baru tinggal di kontrakan itu selama tiga bulan. Yang jelas, warga sampai heran, tidak menyangka jika keluarga tersebut menjadi terduga kasus teroris.
”Tapi mereka tertutup dengan tetangganya. Kalau ngaji sering di rumahnya,” ungkapnya.