Pusair Gelar Lomba Desain Ekologi Sungai

bandungekspres.co.id, BANDUNG – Pusat Penelitian Dan Pengembangan Sumber Daya Air (Pusair) bekerjasama dengan Ikatan Alumni ITB 76 dan Unpar akan menggelar Lomba ‎Rancang Taman Kota Ekologi.

Kepala Pusair William Marcus Putuhena mengatakan, ide awal lomba bermula dari para Alumni ITB angkatan 76. Kemudian secara institusi dilibatkan agar bisa memwadahi aktivitas ini.

”Kita sangat ‎antusias karena sesuai dengan program pemerintah,” jelas William ketika ditemui di kantor Pusair jalan Ir H Djuanda kemarin (2/12)

Dirinya menilai, paradigma masyarakat terhadap keberadaan sungai harus diubah. Sebab tidak sedikit warga yang masih mengaggap bahwa sungai adalah beranda belakang rumah sehingga bisa diberlakukan apa saja.

Menurut dia, isu perlakuan sungai masih menjadi problem besar khususnya di kota kota besar di Indonesia. ”Lomba ini sangat sejalan. Terlebih lomba ini juga akan melibatkan masyarakat agar paradigma perubahan dan perlakuan terhadap sungai bisa berubah,” tuturnya.

Selain itu, lomba ini bukan saja menghasilkan desain bagus saja.  Tapi, esensinya adalah pelibatan masyarakat agar mereka juga ikut bertanggung jawab secara bersama sama dalam menjaga keberadaan sungai di lingkungannya.

Dirinya menyebutkan, ketersedian air dihitung perkapita dengan jumlah 150 liter per orang untuk hidup. Tetapi secara keseluruhan kondisi ini sangat jauh dibawa rata-rata. Sebab kondisinya air yang ditangkap dari curah hujan hanya 4 persen saja.

Kondisi air yang masih banyak masih terdapat di beberapa provinsi seperti Papua, Kalimantan, Sulawesi. Hal ini karena kondisi daerah serapan masih terjaga. Atas kondisi ini lanjut dia memanfaatkan air hujan untuk ditampung menjadi salah satu pilihan dengan memperbaiki daerah aliran sungai (das) waduk, situ_situ, danau dan sebagainya. ”Ini salah satu cara meningkatkan kapasitas tampung,” kata dia.

Sementara itu, salah satu dewan juri yang juga ahli penataan daerah aliran sungai dari ITB Dian Heri Sofyan mengatakan, konsisi DAS saat ini sangat memprihatinkan sehingga perlu dilakukan penataan dengan ekologi.

”Air permukaan itu banyak tetapi daerah resapan tidak ada dan ini menjadi membawa sedimen dan pendangkalan,” ungkap dia.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan