Khawatir Imigran Rampas Kesempatan Kerja

Banyak yang menganggap gagasan-gagasan Donald Trump lebih klop dicerna para tetua yang tumbuh dan berkembang di era Perang Dingin. Namun, toh tidak sedikit generasi milenial yang mengaguminya.

BUANG jauh-jauh stereotipe bahwa ide-ide sang kandidat presiden dari Partai Republik itu hanya disetujui para pasukan Grand Old Party yang -sesuai namanya- sudah sepuh-sepuh. Jack Kolkir, 18, Sam Conlon, 18, serta si kembar tak identik Ashlynn dan Bryan Keck, 17, masih remaja. Namun, mereka adalah pembela Trump. Mereka bahkan mendeklarasikan diri sebagai generasi masa depan AS yang percaya bisa ”make America great again” Jack dan tiga bocah lelaki itu hadir di kampanye Trump di Cedar Rapids, Iowa, Jumat malam lalu (Sabtu WIB).

Mereka kompak menjinjit-jinjitkan kaki dan memanjangkan leher di belakang empat presenter televisi yang tengah melaporkan persiapan kampanye. Sesekali mereka berjingkat dan melompat. Lompatan kecil yang disertai harapan bisa nongol di tayangan yang disiarkan langsung jejaring televisi global.

Polah mereka memang masih bocah. Si kembar Ashlynn dan Bryan bahkan belum punya hak suara. Di antara keempatnya, hanya Jack dan Sam yang bisa memilih. Di AS usia minimal pemilih adalah 18 tahun. Namun, seandainya sudah punya hak pilih, kita tahu si kembar pun akan memberikan suara buat siapa. ”Yeah aku enjoy dengan yang Trump lakukan,” kata Jack saat berbincang dengan Jawa Pos (Jabar Ekspres Group) sebelum dimulainya kampanye di McGrath Amphitheatre tersebut. ”Yang dikatakan Trump itu semua benar,” tambah dia.

Dia menganggap ide-ide Trump brilian. Sebut saja rencana pembangunan tembok di perbatasan untuk menghalau imigran gelap. ”Itu bukan rasis. Itu menunjukkan bahwa Trump ingin semua warga negara AS terdata dan legal,” katanya serius.

Di AS imigran gelap memang biasa disebut dengan lebih halus, yakni undocumented immigrant, bukan illegal immigrant. Artinya, pendatang tak terdata. Bahkan, anak yang lahir dari rahim imigran gelap bisa otomatis punya hak menjadi warga negara AS. ”Hanya Trump yang bisa menghentikan itu semua,” kata Jack yang baru lulus SMA di Kota Dubuque, Iowa.

Tinggalkan Balasan