Di Barak, Pram Mendongengkan Novel-novelnya

Pariyem yang menempati bekas Unit III Wanayasa sejak 1981 memang mendengar adanya makam tapol di sekitar rumahnya. Ibu tiga anak tersebut sama sekali tidak takut jika rumahnya dikelilingi makam para tapol. Pariyem malah berterima kasih kepada para tapol yang dulu membabat alas Pulau Buru sebelum para transmigran datang.

Rumah Pariyem yang terbuat dari papan kayu dan berlantai tanah merupakan satu-satunya rumah dalam radius 1 kilometer di wilayah hutan jati bekas Unit III Wanayasa.

Selepas menyusuri Unit III Wanayasa, saya dan Tumiso menuju ke Mako Waeapo. Sama seperti barak-barak Unit III Wanayasa yang sudah tidak berbekas, barak-barak di Mako Waeapo sudah tak bersisa. Bekas barak Mako saat ini berlokasi di belakang kantor Polsek Waeapo yang bersebelahan dengan kantor Koramil Waeapo. ”Kita jalan agak memutar biar tidak mencolok kalau ingin foto di lokasi bekas barak Mako,” ajak Tumiso.

Titik start menuju bekas barak Mako yang kami ambil adalah Pasar Waenetat yang berjarak 400 meter dari Polsek Waeapo. Kami berjalan melewati jalanan sirtu (pasir dan batu) di belakang pasar. Di kiri kanan jalan terdapat ladang penggembalaan ternak yang berkawat duri. Beberapa ekor sapi bali berwarna cokelat terlihat sedang merumput.

Setelah berjalan 400 meter, sampailah kami di bekas barak Mako Waeapo. Di lokasi itu kini berdiri bangunan dari kayu. Namun, tidak ada seorang pun yang tinggal di situ. Bangunan tersebut mangkrak. (*/c5/ari/roe)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan