bandungekspres.co.id, BATUJAJAR – Bandung Barat kakurangan kader penyuluh penanggulangan HIV/Aids. Tercatat, jumlah penyuluh hanya 20 orang yang tersebar di 16 kecamatan. Hal tersebut diungkapkan Ketua Komisi Penanggulangan Aids/HIV (KPA) Bandung Barat, Lili Kusmayantoro kepada wartawan di Batujajar, kemarin (2/10)
”Harusnya satu desa memiliki satu penyuluh,” ungkap Lili.
Dirinya mengurai, saat ini total desa di Bandung Barat mencapai 165 desa. Sehingga, jumlah penyuluh harus mencapai 165 orang.
Penyuluhan ini tentunya sangat dibutuhkan untuk mendeteksi jumlah korban HIV/Aids. Dengan jumlah yang banyak dan tersebar di setiap desa, penyuluh bisa mendeteksi korban-korban lainnya yang belum terlaporkan.
Selain itu, penyuluh juga bertugas untuk memberikan sosialisasi atau pemahaman terhadap penanggulangan penyakit HIV/Aids kepada masyarakat. Hal tersebut dilakukan untuk menggerakan kesadaran masyarakat akan bahayanya penyakit HIV/Aids.
”Jadi masyarakat juga lebih tahu dan paham bahaya penyakit yang satu ini. Masyarakat akan lebih tahu penularan penyakit ini nantinya,” bebernya.
Lili menyebutkan, dari 228 kasus HIV/Aids yang ditemukan di Bandung Barat, sebanyak 34 % di antaranya berasal dari kaum gay atau biasa disebut dengan pria penyuka pria. Sisanya dari korban biseksual, transgender, sex bebas dan jarum suntik. Hal tersebut berdasarkan temuan KPA Bandug Barat pada 2007 hingga Juni 2016.
Pihaknya, berharap korban HIV/Aids ini bisa berkurang setiap tahunnya. Serta pemerintah daerah bisa menambah jumlah penyuluh. Dengan cara itu, Bandung Barat ke depan bisa terbebas dari korban HIV-Aids.
”Mudah-mudahan pemerintah daerah juga bisa menambah jumlah penyuluh. Karena ini sangat penting terutama kepada anak-anak generasi muda agar terhindar dari sex bebas dan narkoba,” pungkasnya. (drx/nit)