Ketika Jalur Gerilya GAM di Hutan Aceh Menjadi Objek Wisata Petualangan

Enjoy meski Berkomunikasi dengan Bahasa Tarzan

Menjadi pemandu wisata merupakan satu di antara sedikit pilihan pekerjaan yang bisa dilakoni para mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Mereka pun berharap lapangan pekerjaan itu bisa meningkatkan kesejahteraan keluarga.

BAYU PUTRA, Aceh Besar

DAMPAK minimnya skill dirasakan betul oleh Marjuni. Pria asal Lhoong, Aceh Besar, itu cukup lama menjadi kombatan (warga sipil yang ikut berperang) GAM yang hidup di hutan dan gunung-gunung Kini dia tercatat sebagai pemandu wisata jalur gerilya GAM paling senior di Aceh.

Sebelum perjanjian damai pada 2005, enam tahun dia ikut bergerilya mendukung GAM di gunung-gunung serta hutan-hutan Aceh Besar bersama adiknya. Karena berada di gunung itu pulalah, dia dan si adik selamat dari musibah tsunami 2004. Namun, keluarganya yang lain tersapu bencana besar itu.

Setelah perang berakhir dan perjanjian damai antara GAM dan RI disepakati, Marjuni turun dari gunung untuk kembali ke kampung halamannya yang hancur terkena tsunami. Dia pun menjadi penganggur.

Maka, bekerja sebagai pemandu wisata di jalur gerilya GAM seperti yang ditawarkan Aceh Explorer menjadi pilihan pertama bagi Marjuni untuk menghidupi istri dan anak semata wayangnya yang kini berusia 11 tahun.

”Saya hanya tamat SD. Saya nggak punya keahlian lain. Ya sudah, saya terima pekerjaan ini,” tutur Marjuni kepada Jawa Pos yang mengikuti paket wisata jalur gerilya GAM pekan lalu.

Namun, itu pun belum cukup. Marjuni masih harus mencari pekerjaan lain di luar tugasnya sebagai pemandu wisata. Pasalnya, tur petualangan ke hutan dan perbukitan Aceh itu hanya ramai pada musim kemarau. Pada musim hujan, pengunjung sepi karena jalur wisata jadi licin dan membahayakan. ”Kalau pas sepi itu, saya harus mencari pekerjaan lain. Serabutan. Pokoknya halal.”

Marjuni mengaku senang menjadi pemandu wisata di jalur yang medannya sangat dia kuasai itu. Selain mendapat penghasilan lumayan, dia bisa berinteraksi dengan turis, terutama dari luar negeri. Sebab, selama ini dia tidak pernah berjumpa, apalagi berkomunikasi langsung, dengan para turis manca tersebut.

Tinggalkan Balasan