Para Penyair yang Terus Menggelorakan Gerakan Perang Melawan Korupsi

Baca Puisi di Pinggir Kali Dikira Konser Dangdut

Korupsi di Indonesia yang makin akut ”menggemaskan” berbagai elemen masyarakat. Tak terkecuali bagi Sosiawan Leak dan Gusjur Mahesa, dua penyair yang getol menggerakkan ratusan penyair untuk bersama-sama melawan korupsi.

KHAFIDLUL ULUM, Solo, AGUS DWI PRASETYO, Bandung

E-MAIL Sosiawan Leak tak pernah sepi kiriman puisi. Ada ribuan puisi yang masuk dan kemudian dibukukannya dalam buku antologi Puisi Menolak Korupsi (PMK).

Bahkan, puisi tersebut dicetak menjadi beberapa jilid dan menyebar di seluruh penjuru tanah air. Semua menyuarakan perang melawan korupsi.

Siang itu (30/8) Leak membacakan salah satu puisi di rumahnya yang teduh dan tenang di Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Solo.

”1616 K/PID.SUS/2013. Angelina Patricia Pingkan Sondakh. Tercantik se-Indonesia Raya hasil adu sebuah ajang. Melangkah anggun turun dari panggung. Selendang masih terselempang, senyum masih mengembang. Gemilap dalam layar kaca, selebritis kau sekarang. Rakyat Jawa Tengah dapilmu menitip harap saat ke Senayan kau melenggang.”

Di akhir puisi yang cukup panjang itu, Leak menandaskan, ”Kau tidak bisa mengelak saat penuntut umum buka semua percakapan BlackBerry Messenger. Sebuah adegan yang menyeramkan itu terpapar.”

Puisi karya Gus Har Wegig Pramudito itu menceritakan kasus korupsi yang dilakukan Angelina Sondakh, mantan anggota DPR dari Partai Demokrat. Angie -panggilan Puteri Indonesia 2001– itu kini tengah menjalani hukuman 10 tahun di Rutan Pondok Bambu, Jakarta.

Sejak 2013 Leak sibuk mengumpulkan puisi karya para penyair dari seluruh Indonesia. Puisi-puisi itu diseleksinya. Yang dinilai baik lalu diterbitkan dalam buku antologi. Hingga kini sudah terbit lima buku berjudul PMK 1 hingga PMK 5. Buku kumpulan puisi tersebut kemudian dia kelilingkan ke berbagai daerah, dari Sabang sampai Merauke. Bersama para penyair daerah setempat, puisi-puisi itu dibacakan dan dibicarakan. Tak lupa, acara tersebut juga mengundang masyarakat umum untuk menyaksikan.

”Ini gaya kampanye saya dan teman-teman dalam melawan korupsi,” ujar alumnus jurusan administrasi negara di Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta itu.

Gerakan melawan korupsi yang masif itu berawal dari keresahannya terhadap tindak pidana korupsi di Indonesia yang merajalela. Sebenarnya, sejak mahasiswa, dia sering menyuarakan perlawanan terhadap rezim korup Soeharto. Namun, kala itu sisi politik yang dominan. ”Dulu istilah korupsi tidak segencar sekarang,” paparnya.

Tinggalkan Balasan