Eko Catat Hattrick Medali di Olimpiade

Dan yang kedua, yang membuat harapan membumbung tinggi adalah ketika juara dunia 2015 sekaligus pemegang rekor dunia Chen Lijun mengalami cedera saat melakukan angkatan pertama. Lifter asal Tiongkok tersebut gagal melanjutkan perlombaan akibat cedera hamstring.

Dengan keluarnya Chen, kompetisi sangat bisa ditebak. Hanya two-horse race, Eko melawan sang peraih perak London 2012, Figueroa. Eko sendiri mengawali perlombaan dengan sangat meyakinkan dengan angkatan snatch 142 kilogram. Dia berada di depan Figueroa yang memulainya dengan 137 kilogram.

Ketika itulah drama terjadi. Chen mengalami cedera. Baik Eko dan Figueroa paham bahwa inilah saatnya. Keluarnya Chen, membuat tim pelatih Indonesia melakukan perubahan strategi.

Eko ditargetkan untuk mengangkat empat sampai lima kilogram lebih berat ketimbang Figueroa pada snatch. Namun dua angkatan Eko yakni 146 kilogram gagal. Sementara itu Figueroa sukses menajamkan angkatannya menjadi 142 kilogram pada kesempatan kedua.

Skor di sesi snatch menjadi sama kuat 142-142. Figueroa mendapatkan keuntungan besar karena bobot tubuhnya lebih ringan ketimbang Eko. Jika total angkatan mereka sama, maka Figueroa yang akan jadi pemenang.

Pada sesi clean and jerk, kendali strategi total berada di tangan Kolombia. Apalagi Figueroa memang lebih kuat dalam angkatan jenis itu ketimbang Eko. Benar saja, angkatan terbaik Eko hanya 170 kg pada kesempatan pertama. Sedangkan usahanya untuk mengangkat 176 dan 179 kg gagal. Sedangkan Figueroa mampu mencatat angkatan terbaik 176 kg. Lifter bertinggi 165 kg tersebut memastikan emas dengan keunggulan 6 kg dari Eko.

Eko mengatakan, untuk secara pencapaian medali dia puas. Namun untuk total angkatan, lifter yang akan membela Jawa Timur di PON 2016 itu mengaku kecewa. Sebab di London 2012, Eko yang mendapatkan perunggu mampu mencatat 317 kg, lebih berat 5 kg dibandingkan kemarin.

”Ketika Chen Lijun keluar saya memang agak terlalu percaya diri,” aku Eko. ”Saya memang ingin menembak di snatch karena saya tahu lawan kuat di clean and jerk. Namun ternyata saya gagal. Padahal sehari-hari, saya bisa menangkat 146 kg (dalam snatch),” sesalnya.

Yang juga membuat Eko agak kecewa adalah, di Rio 2016, kondisi fisiknya jauh lebih baik ketimbang empat tahun lalu di London. Namun apapun hasilnya, Eko merasa sangat bersyukur bisa mendapatkan tiga medali dalam tiga Olimpiade beruntun. ”Saya masih penasaran emas. Olimpiade selanjutnya (di Tokyo 2020) saya akan turun, belum mau pensiun dulu,” kata Eko yang empat tahun lagi berumur 31 tahun itu.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan