bandungekspres.co.id, CIANJUR – Hari ini (26/7), Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cianjur menggelar pameran menyambut Hari Pangan Sedunia. Pengolahan bahan pangan nonberas menjadi fokus utama agar warga Cianjur mulai beralih dari beras ke pangan lainnya.
Kepala BKPD Kabupaten Cianjur Yanto Hartono mengatakan, kegiatan itu untuk menyadarkan warga jika pangan itu tidak hanya beras. Tapi juga mengonsumsi penggantinya seperti jagung, umbi dan lain-lain.
”Makanya pada Hari Pangan sedunia, 26 Juli besok (hari ini, Red) sampai 27 Juli akan digelar kontes olahan pangan nonberas. Ini untuk memberikan edukasi penggunaan pangan di luar beras,” kata dia kepada Jabar Ekspres, kemarin (25/7).
Dalam kegiatan tersebut puluhan stan disiapkan untuk diisi oleh peserta dari setiap wilayah. Tanaman pangan lokal pun ditampilkan untuk mengenalkan warga jenis pangan, terutama pengganti nasi. ”Gerakan minum susu dan makan buah juga digalakan supaya pemenuhan gizi warga tercukupi,” tuturnya.
Yanto mangungkapkan, kondisi pangan di wilayah padat penduduk di Cianjur mengalami permasalahan, meskipun berdasarkan akumulasi ke seluruhan wilayah Cianjur mengalami surplus. Ketersediaan pangan untuk di wilayah padat penduduk atau penuh dengan bangunan dinilai pas-pasan dengan kebutuhan setiap harinya.
”Kalau kurang tidak, tapi pas-pasan. Ini terjadi di wilayah yang suah banyak rumah, lahan di sekitarnya sudah tidak ada lagi. Seperti di Cianjur kota dan Cipanas,” ungkapnya.
Selain ketersediaan pangan yang pas-pasan, kata dia, daya konsumsi beras setiap harinya juga masih tinggi. Sehingga warga Cianjur dinilai ketergantungan terhadap salah satu jenis pangan tersebut.
”Pola pangan harapan di Cianjur masih di angka 75 persen. Sementara untuk nilai keseimbangan pangan dan menandakan tidak ketergantungan terhadap beras harus ada di angka 90 persen,” urainya.
Namun, lanjut dia, angka tersebut mengalai kenaikan, dari yang sebelumnya 67 persen. ”Ada kenaikan setiap tahunnya, menandakan ada progres meskipun belum memenuhi target,” tuturnya.
Dirinya yakin dalam jangka waktu beberapa tahun ke depan, pola pikir nasi sebagai kebutuhan utama bisa berubah. ”Kami juga terus lakukan sosialisasi agar warga mulai beralih, tidak hanya mengonsumsi nasi tapi juga bahan pangan lainnya,” tutur Yanto. (bay/rie)