Bisa Saksikan ”Tiga Dara” yang Ngetop 60 Tahun Silam

Akhirnya, diputuskan restorasi fisik film Tiga Dara dilakukan di L’immagine Ritrovata, sebuah laboratorium restorasi film milik Pemerintah Daerah Bologna, Italia. Namun, ada syaratnya. Yakni, pihak L’immagine Ritrovata mengizinkan orang Indonesia untuk terlibat langsung dalam proses itu. Lintang Gitomartoyo dikirim ke Bologna untuk melakukan pekerjaan restorasi fisik film bersama-sama dengan tim dari L’immagine Ritrovata. Lisabona Rahman, orang Indonesia yang saat itu magang di L’immagine Ritrovata, juga dilibatkan dalam proses tersebut.

Pada awalnya film Tiga Dara akan direstorasi pada format 2K saja. Namun, setelah diskusi panjang soal tingkat kerusakan film dan keinginan untuk memberikan hasil terbaik, diputuskan bahwa film direstorasi secara digital pada format tertinggi yang dapat dilakukan Render, yaitu format 4K. Sementara proses restorasi fisik dilakukan di Bologna, tim Render membenahi infrastruktur agar dapat melakukan restorasi digital pada format 4K. ”Prosesnya panjang, frame-by-frame. Lebih dari 150 frame yang kami kerjakan,” tutur M. Taufiq Marhaban, direktur PT Render Digital Indonesia, mengenai proses restorasi digital film yang berdurasi 1 jam 55 menit itu. Kapasitas simpan data yang diperlukan pun mencapai lebih dari 36 terabyte. Restorasi suara juga dilakukan. Itu merupakan komponen yang tak kalah penting karena Tiga Dara merupakan film drama musikal.

Proses panjang itu berlangsung mulai November 2014 hingga April 2016. Dimulai di studio Render, dilanjutkan dengan restorasi fisik di Italia (L’immagine Ritrovata salah satu laboratorium restorasi terbaik di dunia), kemudian dilakukan restorasi digital di studio Render lagi oleh Taufiq beserta tim, yakni Imam Asrori, Kharismanto, Fajar Purnama, dan Ghes Nuguh. Kelebihan restorasi digital adalah tidak merusak film asli. Setelah semua proses tersebut, Tiga Dara hasil restorasi kini siap tayang di bioskop dan bisa dinikmati masyarakat luas mulai 11 Agustus mendatang.

Taufiq mengatakan, menonton film itu akan memberikan pengalaman unik. Jangan membayangkan bakal mendapat suguhan film klasik dengan gambar yang goyang, bergetar, dan tidak fokus. Semua itu sudah diperbaiki. ”Biarpun syutingnya 60 tahun yang lalu, setelah melalui proses restorasi digital dengan resolusi 4K, hasil gambarnya sangat jernih dan detailnya sangat terlihat,” ujar pria yang sebelumnya berkutat di bidang animasi itu.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan