bandungekspres.co.id, NGAMPRAH – Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bandung Barat memiliki program membagikan Al-Quran yang dilakukan pada saat shalat tarawih di bulan Ramadan. ’’Ini menjdi kegiatan rutin kami untuk melakukan pembagian Al-Quran. Jumlahnya ada 160 buah. Pembagiannya dilakukan setiap tarawih keliling (tarling),” kata Kasi Bimas Islam pada Kantor Kemenag Kabupaten Bandung Barat U. Permana, di Padalarang, kemarin.
Diungkapkannya, pembagian ini merata dibagikan ke 16 kecamatan yang ada di Kabupaten Bandung Barat. Dimana setiap kecamatan mendapat 10 buah. Al-Quran yang dibagikan berukuran besar merupakan bantuan dari Kemenag RI cetakan tahun 2015. ’’Ada yang dibagikan pada Ramadan, ada juga pada momen lainnya. Tahun ini Kemenag Kabupaten Bandung Barat mendapat bantuan sebanyak 280 buah Al-Quran,dan 700 eksemplar Juz Ama,” ungkapnya.
Dikatakannya, dipilihnya bulan Ramadan sebagai salah satu waktu pembagian Al-Quran karena pada bulan ini aktivitas membaca Al-Quran meningkat. Dipilihnya masjid, juga bukan tanpa alasan untuk lebih memudahkan umat Muslim yang hendak membaca Al-Quran.
Di Kabupaten Bandung Barat terdapat lebih dari 2.500 masjid dan 499 pondok pesantren. Sehingga antara Al-Quran yang dibagikan dengan jumlah masjid tidak seimbang. Untuk mensiasatinya, setiap tahunnya pemberian bantuan dilaksanakan secara bergilir. ’’Memang kami juga melakukan pendataan ke seluruh kecamatan, masjid yang belum dan sudah mendapatkan bantuan. Agar ada pemerataan untuk menerima bantuan Al-Quran ini,” katanya.
Membaca Al-Quran, lanjut Permana, jangan hanya pada setiap bulan suci Ramadan tapi harus menjadi kebiasaan sehari-hari. Salah satu upayanya melalui pencanangan Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji atau yang lebih dikenal dengan GEMMAR Mengaji oleh Kemenag RI.
’’Bantuan Kitab Suci Al Quran ini juga merupakan salah satu upaya Kemenag terus menggelorakan gerakan Magrib Mengaji. Kami sudah menginstruksikan seluruh KUA, sampai penyuluh agama PNS dan honorer hingga ke tingkat desa supaya gerakan Maghrib mengaji menjadi sebuah tradisi,” paparnya.
Menurutnya, meningkatnya aktivitas mengaji di setiap bulan suci Ramadan harus dijadikan momentum gerakan Maghrib mengaji menjadi sebuah tradisi. Jangan hanya orang mengaji pada saat Ramadan saja. Dia menjelaskan, tujuan dari Maghrib mengaji untuk menghidupkan kembali tradisi membaca Al-Quran setiap selesai Shalat Maghrib di seluruh pelosok sehingga masyarakat dapat memanfaatkan waktu antara Maghrib dan Isya dengan efektif untuk beribadah kepada Allah SWT, menumbuhkan kesadaran masyarakat akan fungsi dan peranan Al-Quran bagi kehidupan manusia, meningkatkan minat dan kemampuan masyarakat dalam membaca Al-Quran. ’’Perlu adanya peran bersama antara masyarakat, keluarga dan pemerintah untuk menggencarkan membaca Al-Quran. Supaya anak-anak kita ke depan bisa rajin dan menghidupkan Al-Quran,” tandasnya. (drx/vil)