Urbanisasi Tidak Berperan Signifikan

bandungekspres.co.id, BATUNUNGGAL – Keterbatasan lahan dan pesatnya pertumbuhan penduduk kota seringkali menimbulkan berbagai permasalahan jika tidak dikelola dengan baik. Dalam hal ini, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menilai, permasalahan yang biasanya muncul di antaranya berkurangnya penyediaan bahan makanan, energi, air, dan persoalan lingkungan.

Kepala Biro Publik Komunikasi Kementeian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Velix Vernando Wanggai mengatakan, pesatnya kemajuan teknologi dan akses transportasi juga mendorong wilayah pedesaan yang dekat dengan kota dipaksa untuk bertransformasi menjadi wilayah perkotaan. Selain itu, masalah lainnya yang dihadapi desa adalah urbanisasi warganya yang banyak memilih pergi ke kota-kota besar untuk mengubah peruntungan hidupnya. Solusi untuk mengentaskan kemiskinan masyarakat desa, urbanisasi justru tidak berperan siginifikan dalam meningkatkan taraf ekonomi mereka.

”Akselerasi desa yang semula diharapkan justru malah menyedot potensi yang ada di sekitarnya. Urbanisasi malah semakin menyebabkan kesenjangan antara masyarakat di desa dan kota,” kata Velix kepada wartawan di gedung PIP2B Badung kemarin (15/6).

Sementara itu, Delik Hudallah, peneliti dari Pusat Penelitian Infrastruktur dan Kewilayahan/Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB memaparkan, tantangan terbesar hubungan desa-kota di Pulau Jawa adalah lahan yang sangat produktif berada dekat perkotaan. Namun, lahan-lahan yang sangat produktif tersebut cenderung mengalami alihfungsi besar-besaran menjadi kota baru. Sehingga potensi ekonomi masyarakat di pinggiran kota tersebut kembali hilang. ”Teknologi informasi, transportasi, sistem komunikasi yang canggih sangat memengaruhi aktivitas masyarakat,” ungkapnya.

Pada kesempatan yang sama Sekretaris Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya (Distarcip) Kota Bandung Chaerul Anwar memaparkan, Pemkot Bandung terus melakukan penataan kota sebagai upaya menumbuhkan pertumbuhan ekonomi. Saat ini pertumbuhan ekonomi Kota Bandung mencapai 7,8 atau tertinggi di Jabar dan indeks pembangunan manusia (IPM) hampir mencapai 80, yang berarti menunjkkan potensi SDM cukup bagus.

Sebagai pusat aktivitas ekonomi di Bandung Raya tentunya harus memiliki konektivitas infrastruktur memadai ke kabupaten/kota lainnya. ”Pengembangan infrastruktur harus diutamakan seperti Tol Soroja dan Kereta Api Cepat Bandung-Jakarta,” paparnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan