Program Studi Teknologi Rekayasa Pangan UNPAR Siap Menjawab Permasalahan Ketahanan Pangan Nasional

Oleh Nina Septina

Ketahanan pangan suatu negara menunjukkan kemampuan memenuhi kebutuhan pangan penduduknya secara berkelanjutan. Di Indonesia, masalah ketahanan pangan menjadi semakin penting, antara lain karena populasi yang terus bertambah, perubahan iklim, dan urbanisasi yang cepat, serta faktor-faktor lainnya.

Populasi Indonesia yang terus meningkat setiap tahunnya memberikan tekanan lebih besar pada kebutuhan pangan masyarakat. Urbanisasi yang cepat menyebabkan pergeseran pola konsumsi masyarakat, meningkatkan permintaan akan makanan olahan dan siap saji. Hal ini menuntut kreativitas dan inovasi dalam teknologi rekayasa pangan untuk memproses, mengemas, dan mendistribusikan produk makanan secara efisien.

Pemenuhan akan kebutuhan pangan merupakan keniscayaan dan menjadi sesuatu yang sangat krusial dalam kehidupan manusia. Untuk itu, perlu mendapatkan perhatian bersama. Salah satu usaha yang dilakukan pemerintah Indonesia yaitu menetapkan ketahanan pangan sebagai prioritas nasional dalam berbagai kebijakan pembangunan, termasuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).

Namun demikian, ketahanan pangan bukanlah tugas pemerintah semata. Seluruh lapisan masyarakat dituntut untuk berkontribusi terhadap ketahanan pangan yang tangguh, yang mendukung keberlanjutan manusia dan lingkungan.

Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) Bandung sebagai lembaga pendidikan pun turut berperan dalam upaya-upaya tersebut. Pembukaan Program Studi Teknologi Rekayasa Pangan (TRP) tentunya sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia di bidang pangan.

Melalui pembukaan Program Sarjana Terapan, Program Studi Teknologi Rekayasa Pangan ini, UNPAR berkomitmen untuk menghasilkan lulusan yang mampu mengembangkan solusi inovatif untuk meningkatkan ketahanan pangan dan kedaulatan pangan di Indonesia.

Dengan proporsi pembelajaran 30 persen teori dan 70 persen praktik, tim pengajar kombinasi dosen akademisi dan praktisi serta kesempatan untuk magang industri, diharapkan mahasiswa saat terjun di masyarakat lebih siap berkarya nyata. Tak hanya itu, mahasiswa juga dipersiapkan dengan model pembelajaran yang menekankan pada keterampilan praktis (learning how to learn) dan aplikatif dengan memberi ruang untuk berinteraksi dan merefleksikan pengalaman belajar.

Dengan demikian mahasiswa diharapkan memiliki growth mindset dengan semangat lifelong learning yang didukung dengan kemampuan berfikir kritis dalam menghadapi tantangan dan memecahkan masalah.

Tinggalkan Balasan