Pratama D. Persadha, Ahli Telik Sandi yang Rintis Pengamanan Cyber Sendiri

Saat itulah semua aliran listrik di kantor milik asing tersebut langsung padam total. Kemudian disusul beberapa tindakan pengamanan khusus untuk mencari sumber ancaman. ”Kebetulan saja, saya ini pas yang selamat terus. Tentu, ada beberapa teman yang bermasalah (saat menjalankan operasi, Red),” ujar Pratama, lantas menarik napas dalam.

Masuk dan terjun dalam dunia persandian tidak pernah dibayangkan pria kelahiran Cepu, 14 Oktober 1977, itu. Dengan informasi yang benar-benar minim, mencoba peruntungan untuk mendaftar di Akademi Sandi selepas lulus SMA pada 1996 lebih disebabkan pertimbangan biaya.

Pratama diajak salah seorang teman yang kebetulan orang tuanya berdinas di Departemen Kehakiman. Kesempatan kuliah di Universitas Diponegoro (Undip) lewat jalur program semacam PMDK (penelusuran minat dan kemampuan) pun akhirnya dilepas. ”Sudah, ayo ikut saja. Pokoknya, sekolahnya gratis dan semua sudah dijamin. Tidak perlu keluar biaya lagi,” ungkap Pratama menirukan ajakan temannya saat itu.

Anak kedua di antara empat bersaudara tersebut memang lahir dari keluarga sederhana. Ayah dan ibunya merupakan guru PNS. Praktis, bagi keluarga yang tinggal tidak jauh dari aliran Sungai Bengawan Solo itu, membiayai kuliah anak bukan sesuatu yang ringan. ”Akhirnya, saya benar-benar ikut tes, tidak kenal siapa pun di sana,” tuturnya.

Karena tidak punya gambaran sama sekali, Pratama sempat kaget saat menjalani serangkaian tes masuk Akademi Sandi. Bukan hanya tes akademis maupun tes tulis, namun juga diwarnai tekanan mental. ”Kami tes sambil digubrak-gubrak juga sehingga sulit untuk mikir dengan tenang,” kisahnya, lalu tersenyum.

Meski demikian, bapak dua anak itu berhasil melewatinya. Dari sekitar 1.500 orang yang mendaftar, Pratama masuk dalam 19 orang yang berhasil lolos. Saat itu, Akademi Sandi tidak menerapkan sistem kuota. Artinya, mereka yang lolos memang dinilai memenuhi kualifikasi. ”Padahal, saya sebenarnya tidak pinter-pinter amat juga. Cuma mungkin pas nebak-nebak jawaban soal, kebetulan saja banyak yang benar,” ujarnya, lantas tertawa.

Masa-masa berat pun dimulai. Tidak saja harus kuliah, dia juga ditempa latihan-latihan fisik dan mental. Sebelum benar-benar masuk Akademi Sandi, bersama teman-temannya yang sama-sama lulus, Pratama lebih dulu digembleng di Pusat Pendidikan Intel (Pusdikintel) TNI di Cilendek, Bogor.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan