bandungekspres.co.id, BATUNUNGGAL – Kehadiran halaman khusus anak remaja ZETIZEN dan program Bandung Masagi menjadi satu kesatuan yang sangat baik. Di mana aktivitas Bandung Masagi bisa dipublikasikan di dunia maya.
Anak muda bisa saling berbagi dan mendorong anak-anak di Kota Bandung berkomunikasi dengan anak-anak di belahan dunia lainnya.
”Apalagi ditambah dengan adanya reward yang nantinya bisa didapat oleh anak-anak bisa memicu mereka lebih kreatif,” kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung, Elih Sudiapermana kepada Bandung Ekspres ditemui di kantornya kemarin (24/5).
Menurutnya, hal itu menjadi stimulan untuk menjadi lebih baik lagi. Dalam ZETIZEN, para anak muda bisa menonjolkan Bandung Masagi kepada halayak ramai. Serta bisa menjadi kebanggaan ketika mengimplementasikan Bandung Masagi.
Adanya ZETIZEN dianggap bisa memfasilitasi Bandung Masagi kepada anak-anak sekolah ataupun sebaliknya. Serta anak-anak bisa berekspresi dan menuangkan pengalamannya dengan berbagai cara seperti tulisan dan foto.
Dengan berbagai perkembangan zaman yang terjadi saat ini, dia berpandangan, bahwa anak-anak tidak lepas dari dunia digital. Sehingga perlu ada penyaluran agar anak-anak bisa lebih kreatif.
”Mudah-mudahan, artikulasi aktivitas Bandung Masagi tidak sebatas hanya konvensional, tapi bisa menjadi kebanggaan dan bisa menginspirasi hal lainnya,” jelasnya.
Adanya ruang maya, menurutnya, menjadi lebih menarik. Tidak hanya Kota Bandung yang melihatnya, melainkan wilayah lainnya bisa melihat. Dia menjelaskan, kurikulum Bandung Masagi ini meliputi agama, bela negara, budaya sunda, dan cinta lingkungan. Bandung Masagi ini akan dikejawantahkan melalui pelajaran tambahan dan ekstra kurikuler.
Selain itu juga, akan diterapkan dalam berbagai event atau kegiatan yang melibatkan anak-anak siswa sekolah mulai dari TK hingga SMA. Bandung Masagi ini dapat diimplemenastikan melalui penampilan-penampilan anak-anak dan juga rutinistas yang lain. ”Sehingga mulai sejak dini, siswa sekolah memiliki pemahaman yang kuat mengenai Bandung Masagi ini,” pungkasnya. (nit/fik)