Pelamar SBM PTN Naik Drastis

Sementara itu, Ketua Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri Indonesia (MRPTNI) Herry Suhardiyanto mengingatkan, pelamar yang dinyatakan lulus SNM PTN untuk mendaftar ulang 31 Mei nanti. Dia menuturkan, kampus memberikan kepercayaan penuh pada sekolah dalam SNM PTN. Tapi, bila ada siswa lulus SNM PTN tetapi tidak daftar ulang akan menjadi catatan kampus. ”Dia menyia-nyiakan kepercayaan para rektor,” ujar dia.

Herry menyebutkan bahwa sekolah dianggap tidak mampu menyiapkan siswa untuk menentukan jurusan atau program studi yang diminati.  Padahal, siswa yang mendaftar SNM PTN itu telah bersaing dengan ribuan siswa lain. ”Karena dia telah lulus itu berarti menghilangkan hak orang lain yang tidak lulus,” imbuhnya.

Data sekolah yang siswanya tidak registrasi setelah masuk ke kampus itu juga teracatat secara nasional. Dengan demikian, akan menjadi pertimbangan bagi kampus-kampus lain untuk menerima siswa dari sekolah yang siswanya tidak daftar ulang itu.

Sekretaris umum SNM PTN Thamrin Usman menuturkan, kampus memang tidak segan-segan untuk mengabaikan siswa dari sekolah yang siswanya tidak daftar ulang itu. Kesepakatan itu bakal diberlakukan secara nasional. ”Makanya ketika sudah diberi kesempatan itu harus diambil. Jangan disia-siakan,” tambah dia.

Sementara itu, perjuangan para siswa SMP warga Kampung Bojongasih, Desa Dayeuhkolot, Kecamatan Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, dalam menghadang Ujian Nasional (Unas) tidak mudah. Mereka harus menerjang dan menteng sepatu sebelum ujian dimulai karena dampak banjir luapan sungai CItarum.

Situasi ini terjadi di Kecamatan Dayeuhkolot dan Baleendah. Walaupun tidak ada SMP yang tergenang banjir di dua kecamatan tersebut, tetapi sebagian rumah para pelajarnya terendam banjir. Begitupun dengan jalan utama antara rumah mereka dengan sekolah.

Dari pantauan di Kampung Bojongasih, para pelajar SMPN 1 Dayeuhkolot, terlihat berjalan kaki dan harus menenteng sepatu agar tidak basah saat ujian. Salah satunya Monika, 15, yang mengaku, menerjang banjir sejak dari rumah. Sebab, kawasan di rumahnya terendam banjir setinggi lutut orang dewasa.

”Untung banjirnya tidak terlalu tinggi. Kalau hingga satu meter, mungkin kami harus sewa perahu untuk sampai ke sekolah,” kata Monika, kemarin (10/5).

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan