7 Tahun Lagi, Jumpa Gerhana Matahari Paling Langka

Dosen astronomi Institut Teknologi Bandung (ITB) Dhani Herdiwijaya memilih cara ”ekstrim” dalam mengamati GMT kemarin. Dia memutuskan tidak memantau dari pantai Tanjung Kelayang seperti rencana semula. Beserta istri dan anaknya, dia memilih naik perahu dan menempuh perjalanan 30 menit menuju pulau Lengkuas untuk melihat GMT.
Di daftar destinasi wisata Belitung, pulau Lengkuas cukup ikonik karena terdapat menara yang menjulur setinggi 65 meter. Menara ini terdiri dari 18 tingkat dan dilengkapi 313 anak tangga. ”Saya berangkat menuju pulau Lengkuas sekitar pukul 05.00,” jelasnya.
Dhani mengatakan meluncur ke pulau Lengkuas tujuannya supaya bisa mengamati lebih sempurna. Sebab ketika dia mengijakkan kaki di pantai Tanjung Kelayang, awan terlihat cukup tebal. Namun setelah sampai di pulau Lengkuas, awan masih setia mengiringi gerhana matahari.
”Yang sangat saya kecewakan, puncak gerhana hanya bisa diamati sempurna selama beberapa detik,” jelasnya. Sebab pada puncak peristiwa GMT itu, awan dari sudut pandang pulau Lengkuas juga tebal. Setelah awan tebal itu bergeser, GMT sudah memasuki fase menuju akhir gerhana.
Terlepas dari hambatan melihat puncak GMT, Dhani mengatakan sebagian besar durasi gerhana teramati dengan jelas. Khususnya fase dari puncak gerhana menuju akhir. Pasalnya pada puncak ini, awan mulai tipis dan matahari posisinya semakin tinggi. Sedangkan untuk fase awal sampai puncak gerhana, lebih sering tertutup awan.
Untuk urusan pengamatan korona, dia mengatakan hampir sama dengan prediksi sebelumnya. Yakni korona yang tampak saat puncak GMT tidak terlalu tebal. Dia menjelaskan kecenderungan kondisi korona memang cukup stabil dalam waktu yang berdekatan. Dia menjelaskan beberapa hari sebelum terjadi GMT, pusat pemantauan matahari internasional yang berbasis di Hawai telah mengeluarkan prediksi korona saat terjadi GMT.
Co-Founder www.jejaklangit.com Madhonna Nur Aini mengatakan, mereka memantau GMT di pantai Burung Mandi, Belitung Timur. Meskipun cuaca mendung, tapi tim jejak langik bisa merekam time lapse terjadinya GMT. ”Kami juga berhasil mengabadikan diamond ring dan sejumlah foto momen matahari sabit,” kata dia.
Perempuan yang akrab disapa Donna itu merasa dibantu Tuhan jelang detik-detik totalitas gerhana. Sekitar dua menit sebelum puncak gerhana, mendadak ada mensung. Nah mendung ini ternyata membantunya melakukan pengamatan gerhana secara langsung. Tanpa menggunakan kacamata filter. Ketika langit gelap, dia mengatakan posisi pelanet Venus juga terlihat. ”Secara keseluruhan mendung memang merusak pengamatan. Tapi kami puas dengan hasil pengamatan,” pungkasnya. (dim/wan/aph/c6/kim/rie)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan