”Sementara itu, jumlah kosmetik impor masih bisa dihitung jari. Tapi, sekarang ini semuanya justru berbalik karena kita sudah mulai masuk pasar bebas. Dan kita harus berusaha keras untuk bisa bersaing,” ungkap lulusan Master Of Business Administration National University Inglewood, California, Amerika Serikat, tersebut.
Sebagai pelaku, Putri tentu tidak tinggal diam. Dia pun mulai merancang strategi. Budaya dijadikan Putri sebagai filosofi dalam menghadapi tantangan. Putri memang terlahir di keluarga yang memegang teguh budaya Jawa. Nilai-nilai itu juga yang akhirnya diturunkan ke Putri sebagai penerima tongkat estafet dalam menjalankan perusahaan. ”Niti, niru, nambah. Tiga N yang paling saya ingat. Itu luar biasa sekali,” ucap dia bersemangat.
Menurut Putri, filosofi yang sudah ada sejak 1700 atau 1800 tersebut masih sangat relevan untuk diterapkan dalam bisnis hingga sekarang. Niti atau niteni berarti mengamati. Melihat apa yang jadi keunggulan yang lain untuk kemudian dipelajari.
Niru atau meniru adalah langkah selanjutnya. Produk tentu tidak melulu 100 persen hasil penemuan. Bisa juga hasil inspirasi dari produk lain. Jika memang packaging dan cara komunikasi yang menjadikan produk pesaing sukses, cara tersebut tentu saja bisa ditiru. ”Namun, kita tetap harus nambah. Harus ada nilai tambah yang akan membuat produk kita lebih unggul daripada produk pesaing,” jelas sekretaris Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) itu.
Putri melanjutkan, itu juga yang dilakukan Jepang dan Korea. Tiga puluh tahun lalu, mobil Jepang tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan mobil Eropa. Putri mengatakan, kala itu mobil Jepang diketok pun bisa penyok seperti kaleng. ”Sekarang coba lihat. Jepang punya banyak mobil mewah sekarang. Enggak kalah dengan Eropa. Korea juga mulai muncul sekarang dengan produk elektroniknya,” ungkap perempuan kelahiran Jakarta, 20 September 1959, tersebut.
Dengan filosofi Jawa itu, Putri yakin industri kosmetik Indonesia bisa maju dan bersaing dengan produk impor sekalipun. Dia juga terus meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa produk dalam negeri tidak kalah dengan produk impor. ”Setiap ada kesempatan untuk berbicara, saya pasti akan terus mengampanyekan itu,” ujarnya.