”Saya lebih bisa bahasa Indonesia ketimbang bahasa Portugis. Berhitung dengan bahasa Indonesia juga lebih mudah daripada berhitung dengan bahasa Portugis,” kata Sandro.
Sejak merdeka, bahasa resmi di eks provinsi ke-27 Indonesia itu adalah Portugis dan Tetum. Dalam keseharian, warga setempat menggunakan bahasa Tetum. Memang tak ada data resmi. Tapi, sangat mungkin bahasa asing yang paling dikuasai mayoritas warga di sana adalah bahasa Indonesia.
Pantauan Jawa Pos, di hampir semua sudut Dili, warung makanan Indonesia bertebaran di bahu-bahu jalan. Ada nasi padang, nasi goreng, warteg, gado-gado, pempek, tempura, gorengan, dan berbagai menu khas Indonesia lain. Keberadaannya melengkapi toko-toko pakaian yang juga sebagian besar menjual produk Indonesia.
Bukan hanya itu. Minuman seperti es campur, es kelapa muda, hingga es dawet juga tampak memenuhi jalanan kota. Desain warung dan gerobaknya pun sama persis dengan yang biasa ditemukan di jalanan tanah air.
”Di sini, yang bikin berasa di luar negeri hanya pelat nomor kendaraannya, ya. Semuanya sama aja,” kata Boediono, salah seorang warga negara Indonesia (WNI) yang menemani Jawa Pos berkeliling Dili.
Kendati Timor Leste menggunakan dolar sebagai alat tukar, rupiah masih bisa digunakan untuk bertransaksi. Meski, jatuhnya memang lebih mahal. Warga setempat menganggapnya sebagai ongkos pengganti menukarnya dengan dolar.
Merujuk data Kedutaan Besar RI (KBRI) di Dili, jumlah WNI yang menetap di Timor Leste lebih dari 6.000 orang. Itu jumlah warga asing terbanyak kedua di Timor Leste setelah Tiongkok. Selain berjualan, tak sedikit WNI yang bekerja sebagai buruh di berbagai proyek pembangunan.
”Yang membuat Timor Leste hingga saat ini masih seperti Indonesia adalah makanannya,” celetuk salah seorang staf KBRI Dili yang menghadiri penyambutan misi layanan kesehatan internasional pertama KRI Soeharso pada awal bulan ini.
Ketika itu, tak hanya disambut lagi-lagu band legendaris Indonesia Koes Plus, rombongan yang berangkat dari Surabaya tersebut juga disuguhi beragam makanan yang jamak ditemukan di Indonesia. Mulai kue bolu beraneka macam, pisang goreng, hingga beberapa potong singkong dan ubi. Semuanya tersusun rapi di atas piring yang diletakkan di meja panjang berukuran sekitar 0,5 x 3 meter. ”Silakan dicoba snack-nya,” ujar sang pembawa acara setempat, juga dalam bahasa Indonesia yang fasih.