Karena Bonggol Jagung pun Bisa Jadi Kerajinan

Gusti Ngurah Anom tentang Kreativitas Berbasis SDA

Alam adalah keunggulan yang terberi. Kreativitas penggiat usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta kearifan dalam pengembangan pariwisata amat menentukan bagaimana alam bisa membawa kemakmuran.

PEMILIK Krisna Holding Gusti Ngurah Anom menyatakan, sudah banyak pengusaha UMKM yang bisa berkreasi. Kreativitas tersebut tak boleh berhenti.

Sebab, itu merupakan modal bagi UMKM agar mampu bersaing di era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).

”Bambu dan bonggol jagung saja bisa dipakai untuk banyak kerajinan,” kata pria yang akrab disapa Ajik Krisna tersebut. Sumber daya alam (SDA) memang menuntut manusia mampu mengolahnya. Jika tidak diolah dengan baik, kekayaan itu akan terbuang sia-sia. Produk UMKM Indonesia bisa kalah dengan produk negara lain.

Ajik merasa saat ini pemerintah telah sangat mendukung UMKM. Hal tersebut bisa dilihat dari kredit usaha rakyat (KUR) dengan bunga rendah. Bantuan finansial itulah yang sangat dibutuhkan UMKM. Sebab, sering kali UMKM tidak mampu memenuhi permintaan pasar karena akses finansial yang kurang.

UMKM sering kali hanya bisa memproduksi dalam skala kecil. Bahan baku yang mampu dibeli pun sedikit. Padahal, semakin sedikit pembelian bahan baku, harga akan semakin mahal. Jika UMKM bisa membeli bahan baku lebih banyak, harga jual produknya akan lebih murah. Di situlah terletak manfaat akses finansial bagi UMKM.

Pengusaha toko oleh-oleh Krisna itu pun mengimbau UMKM mau bersinergi dengan pemerintah. ”Pemerintah sudah sangat menggebu-gebu membantu ekonomi masyarakat miskin dan mendorong kemajuan UMKM. Tinggal bagaimana UMKM mau serius bekerja dan bagaimana pengusaha seperti saya ini membantu lewat pelatihan-pelatihan,” papar Ajik.

Pria kelahiran 5 Maret 1971 tersebut melanjutkan, UMKM tidak perlu takut pada banyaknya produk asing yang menyaingi produk UMKM dalam negeri. Sebab, kualitas produk UMKM Indonesia tak kalah bagus dibanding produk negara lain.

Ajik mulai membuka toko oleh-oleh Krisna pada 2007. Bisnis tersebut dibangunnya setelah sukses mengembangkan usaha konfeksi bernama Cok Konveksi. Dari situ dia melihat peluang bisnis membuat kaus sebagai buah tangan para wisatawan yang melancong ke Bali.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan