”Pengusaha senang kok kalau bisa bayar karyawan kita sendiri. Supaya mereka dapat gaji, bisa belanja, dan akhirnya aktivitas produksi pabrik-pabrik dalam negeri kita tetap jalan,” paparnya. Namun, jika kondisi perusahaan sudah tidak dapat ditolong sehingga terpaksa menekan cost dari sisi SDM, barulah opsi perekrutan tenaga kerja asing itu bisa diperhitungkan. Maka, agar tidak terjadi hal yang demikian buruknya, Suhartono mengingatkan pemerintah agar lebih bijak dalam membuat regulasi soal tenaga kerja.
Selain peraturan tentang tenaga kerja, pemerintah harus memperhatikan regulasi soal pajak. Target penerimaan pajak terus meninggi. Artinya, pemerintah harus melakukan ekstensifikasi dan intensifikasi agar target tersebut dapat tercapai. Namun, yang dirasakan Suhartono saat ini, pemerintah belum mampu melakukan ekstensifikasi secara maksimal.
Buktinya, masih banyak warga yang belum membayar pajak. Sebagai pengusaha, dia sendiri mengaku tak pernah berkeberatan dengan pajak. Namun, keadilan harus diterapkan. ”Siapa pun yang belum bayar pajak, datangi, tagih. Supaya kita bisa betul-betul merasakan imbal balik dari pajak yang telah kita bayar,” tuturnya.
Suhartono juga berharap pemerintah bisa menurunkan suku bunga kreditnya. Dia pun mengeluhkan suku bunga kredit yang masih di kisaran 10 persen ke atas. Padahal, pengusaha sangat membutuhkan akses keuangan agar bisa berekspansi. Dia pun berharap suku bunga kredit bisa dipangkas hingga 6 persen. Apalagi, BI rate telah dipangkas.
Selain suku bunga, belanja pemerintah pun akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Belanja pemerintah, kata suami Dewi Sri Astuti Suhartono itu, sangat ditunggu pihak swasta. Janji pemerintah untuk menggenjot pembangunan infrastruktur adalah stimulus yang positif.
Sebab, dari situlah pihak swasta mendapatkan proyek. Swasta memang butuh semacam motor atau pemacu agar bisnisnya terus berjalan. Ketika swasta sudah mentok akibat permintaan dan daya beli yang turun, pemerintah yang bisa memperbaikinya lewat belanja. Pemerintah menjadi semacam obat atas kelesuan yang terjadi. (rin/c9/sof/rie)