Mahasiswa ISI Yogya pun Kaget

Melihat Kejutan Pameran Foto Tunggal Wahyu Ramadhan

Yudi Yahya terkesan dengan pameran foto tunggal Wahyu Ramadhan, reporter Radar Banjarmasin, yang digelar kemarin (31/1) di panggung terbuka Siring Pierre Tendean. Yudi yang pernah kuliah fotografi di ISI (Institut Seni Indonesia) Yogyakarta ini kaget melihat keberanian Wahyu mengusung genre street photography (fotografi jalanan).

SYARAFUDDIN, Banjarmasin

”SEJAK kembali ke Banjarmasin, saya sudah banyak lihat pameran foto. Tapi biasanya kalau tidak landscape (pemandangan) ya HI (human interest),” ujarnya heran.

Fotografi lanskap secara sederhana adalah fotografi yang fokus pada pemandangan alam. Sementara fotografi HI fokus untuk menangkap emosi manusia. Sedangkan fotografi street, merekam hiruk-pikuk ruang terbuka secara candid. ”Baru kali ini lihat yang street,” imbuh Yahya.

Pameran ini didukung Radar Banjarmasin (grup Bandung Ekspres) dan Dinas Pariwisata Seni dan Kebudayaan Kota Banjarmasin. Mengusung tema ’Kota dalam Kota’, ada 30 foto hitam-putih yang dipamerkan. Tujuannya, menunjukkan sisi lain dari ruang publik Banjarmasin dalam foto.

Pengunjung lain, Fadli Khairi, memuji cara Wahyu memainkan cahaya alami dalam foto-fotonya. ”Saya suka cara ia memainkan sisi terang dan gelap dalam foto. Format hitam-putih memang pas. Walaupun saya juga penasaran dengan format warna aslinya bagaimana,” kata mahasiswa S2 Unlam ini.

Fadli bukan fotografer, tapi ia mengaku senang bermain Instagram. Ia berharap, pameran seperti ini lebih sering digelar. ”Radar Banjarmasin bisa bikin rutin. Tapi setiap pameran harus punya tema dan konsep yang berbeda. Harus yang segar-segar,” imbuhnya.

Ditanya mana foto favoritnya, ia menunjuk foto seorang pemuda yang duduk di depan emperan toko Pasar Sudimampir. Sosoknya muncul berkat perbandingan terang dan gelap yang kontras. ”Fotonya sederhana sekali,” tukas warga Jalan Banua Anyar ini.

Bertepatan dengan car free day, jumlah pengunjung yang mendatangi pameran ini memang masih jauh dari harapan. Wahyu mengakui foto-foto yang ia tampilkan tidak lazim untuk mata penikmat foto di Banjarmasin. ”Kesimpulannya, fotografi landscape memang masih mendominasi,” ujarnya sembari tertawa.

Namun, ia mengaku tak kapok dan malah bersyukur. Ada saja warga yang singgah dan mengajak berdiskusi mengenai foto-fotonya. Beberapa bahkan memohon agar dikirim file aslinya via email. Beberapa bahkan kaget lantaran tak menyangka semua foto itu diambil di Banjarmasin.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan