Ungkap Hubungan dengan Bill Clinton dan Xi Jinping

Mochtar Riady
Mochtar Riady
0 Komentar

Saat itu, Mochtar baru saja meninggalkan Panin Bank yang sukses dibesarkannya. Liem ketika itu memiliki beberapa bank. Misalnya, Bank Windu Kencana dan BCA. Mochtar pun akhirnya memilih BCA yang justru asetnya paling kecil karena dinilai bisa lebih lincah saat diajak lari.

”Waktu itu Pak Liem usul agar nama BCA diganti, tapi saya bilang tidak usah. Justru Bank Central Asia itu nama yang sangat bagus.”

Mochtar menggambarkan hubungannya dengan Liem sebagai hubungan yang bukan hanya partner bisnis, melainkan hubungan yang rukun, damai, saling percaya, dan saling pengertian. Mochtar mengakui, saat membesarkan BCA, dirinya yang lebih paham industri perbankan memang dipercaya sepenuhnya oleh Liem sehingga bisa menggunakan jaringan bisnis Liem untuk membuat BCA sukses sebagai bank kliring nasional.

Baca Juga:Ahok Tetap OptimistisKeluarga Belum Bisa Bertemu

”Ada pepatah Tiongkok, kejarlah kuda dengan menunggang kuda. Dalam kisah BCA, Pak Liem-lah kuda saya untuk berlari lebih cepat. Mohon maaf, saya menggunakan kata itu (kuda, Red) untuk beliau,” katanya, lalu tersenyum.

Pada 1991, Mochtar akhirnya melepas kepemilikan sahamnya di BCA. Dia lalu aktif di Lippo Bank yang dirintisnya sejak 1989. Sebab, dia menilai dua putra Liem, yakni Anthony Salim dan Andree Salim, sudah lebih dari mampu untuk mengelola BCA.

Kisah menarik lain yang juga tidak dituliskan Mochtar dalam buku adalah hubungannya dengan keluarga Soeharto. Dia mengisahkan, pada 1995, dirinya dihubungi Moerdiono, Mensesneg ketika itu. ”Pak Moer bilang, Babe (Presiden Soeharto, Red) minta tolong agar Sentul dibantu dikembangkan. Saat itu ada beberapa ribu hektare lahan di Sentul yang dikuasai Pak Bambang Tri (Bambang Trihatmodjo, anak Pak Harto, Red),” ungkapnya.

Kerja sama pun dilakukan. Sayang, lanjut dia, masalah langsung timbul karena bagian keuangan masih dipegang orang-orang dekat Bambang. Banyak kewajiban kontrak yang tidak dibayar. Akhirnya, diembuskanlah desas-desus bahwa Lippo Group mengalami kesulitan keuangan sehingga memicu rush atau penarikan uang besar-besaran pada 1995 di Lippo Bank.

Ketika itu, rekan-rekan Mochtar, Liem Sioe Liong dari BCA, Eka Wijaya dari BII, Usman Admajaja dari Bank Danamon, Ramli dari Bank Bali, dan Syamsul Nursalim dari BDNI, menawarkan bantuan. Mochtar mengucapkan terima kasih. Namun, bagi dia, yang lebih penting adalah memulihkan kepercayaan masyarakat.

0 Komentar