[tie_list type=”minus”]Pemerintah Siap Revisi APBN 2016[/tie_list]
bandungekspres.co.id– Harga minyak dunia terus merosot. Kemarin, harga minyak dunia anjlok hingga 3 persen dan menyentuh angka USD 30 per barel. Tren penurunan harga minyak tersebut terjadi sejak awal tahun. Penurunan harga yang cukup drastis itu membuat pemerintah berpikir ulang terhadap asumsi harga minyak dalam APBN 2016 yang dipatok USD 50 per barel.
Menkeu Bambang Brodjonegoro menuturkan, pemerintah berniat merevisi asumsi harga minyak dalam pembahasan APBNP 2016. ”Ya, (ada perubahan) harga minyak,” ujar Bambang di gedung Kemenkeu kemarin. Terkait dengan kisaran harga, dia belum mau berkomentar. ”Nanti aja ya,” lanjutnya.
Terkait dengan target lifting minyak, Bambang mengatakan bahwa hal itu bergantung kepada Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas). Sebab, lembaga tersebut yang menentukan target lifting minyak. Mantan Plt kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) itu menuturkan, anjloknya harga minyak dunia sangat berpengaruh kepada penerimaan negara sejak tahun lalu.
Penerimaan negara dari sektor migas, khususnya minyak, terus menurun. Hal tersebut terlihat dari realisasi penerimaan pendapatan negara bukan pajak (PNBP) yang hanya Rp 103,65 triliun. Realisasi penerimaan tersebut jauh dari target APBNP 2015 yang ditetapkan Rp 269,1 triliun. Realisasi penerimaan tahun lalu juga lebih rendah jika dibandingkan dengan pada 2014 bahwa realisasi PNBP mencapai Rp 240,85 triliun.
Untuk itu, pemerintah bakal berfokus kepada penerimaan pajak untuk mengejar penerimaan negara tahun ini. ”Penerimaan minyak sebenarnya mulai kecil. Seperti kita lihat pada 2015, PNBP dari migas sudah tinggal berapa,” katanya.
Sebagaimana diwartakan, sejumlah analis merevisi prediksi harga minyak tahun ini. Sejak awal 2016, harga minyak dunia sudah turun 20 persen. Hal tersebut disebabkan beberapa faktor. Di antaranya, pasokan yang berlebih, pelemahan ekonomi Tiongkok, dan guncangnya pasar keuangan dunia. Selain itu, terjadi penguatan dolar AS yang membuat harga minyak menjadi mahal bagi negara di luar AS. (ken/c4/oki/rie)