bandungekspres.co.id– Belum tuntasnya sistem perbaikan Kurikulum 2013 membuat SMA Negeri 1 Bandung bertahan dengan KTSP 2006. Menurut Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Bandung Cucu Saputra, digulirkannya kurikulum 2013 syarat dengan muatan politis. Sehingga saat digulirkannya Kurikulum 2013, tidak ada pengawalan dari menteri pendidikan era Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono.
”Kalau kurikulum 2013 sudah tuntas sistem penilaiannya, tidak akan ada surat edaran dari menteri pendidikan yang saat ini menjabat,” kata Cucu kepada Bandung Ekspres di SMAN 1 Bandung kemarin (12/1).
Menurutnya, pada saat digulirkannya kurikulum 2013 aspek penilaian siswa dianggap belum tuntasnya di Kurikulum 2013. Saat bergulirnya kurikulum tersebut, bersamaan dengan bergulir akhir jabatan M. Nuh. Saat itu pula disosialisasikan kurikulum tersebut dan masih diuji cobakan di beberapa sekolah.
Dia menegaskan, kurikulum tersebut belum diwajibkan. Saat itu Kota Bandung antusias untuk menerapakan kurikulum baru. Bahkan ingin Kota Bandung yang lebih dahulu menerapkan kurikulum tersebut. Ditambah dengan dominasi birokrasi pendidikan sangat kuat, sehingga sekolah dan khususnya negeri digiring tidak punya alasan lain.
”Entah faham atau tidak tentang kurikulum tersebut sehingga menggunakan kurikulum itu,” katanya.
Singkat cerita semua kepemimpinan pusat dan daerah berubah, saat mentri pendidikan yang baru memberikan kelonggaran untuk memilih kurikulum yang baru atau sebelumnya. Pihak SMAN 1 Bandung, dengan aspirasi berbagai pihak untuk kembali menggunakan KTSP 2016.
Dia menjelaskan bahwa SMAN 1 Bandung bukan membangkang. Melainkan membuat pilihan keputusan. Ada tiga alasan pihaknya kembali ke kurikulum sebelumnya, yaitu belum paham tentang kurikulum 2013, beban tugas terhadap siswa terlalu banyak dan sistem nilai yang masih belum tuntas.
”Laporan hasil belajar terlalu ribet dan susah dikerjakan oleh guru. Saat itu masih menggunakan skala 1- 4,” katanya.
Pihaknya juga khawatir terhadap kurikulum 2013 yang saat itu masih coba-coba. Di singgung tentang percepatan kurikulum 2013 yang akan dilakukan di Kota Bandung, pihaknya siap melakukan hal tersebut. Akan tetapi, dia menggaris bahawi apabila kurikulum tersebut diterapkan sebagai kurikulum nasional.
”Kami siap menerapkan, tapi kalau sudah ditetapkan sebagai kurikulum nasional,” tegasnya.
Sementara, menurut Wakasek Kurikulum SMA Negeri 1 Bandung Rosi Rahayu, saat ini untuk seleksi di sekolah pihak perguruan tinggi tidak menggunakan skala 1- 4 dalam penilaian kurikulum 2013. ”Pihak perguruan tinggi menggunakan skala 0-100 untuk penilaian sebagai penilaian,” katanya.