Dari pengorbanan tersebut, aplikasi Hits English diluncurkan pada Agustus 2015. Bukan hanya fitur penerjemah kata dan kalimat bahasa Inggris-Indonesia yang ada dalam aplikasi itu. Tersedia pula fitur penerjemah berita dalam bahasa Indonesia ke bahasa Inggris. Terjemahan tersebut disediakan dengan pilihan komposisi Inggris 30-100 persen.
”Dengan begitu, pengguna bisa belajar secara bertahap. Kalau tidak percaya diri dengan tulisan penuh bahasa Inggris, bisa pilih 50 persen. Kalau ada kata yang tidak dimengerti, tinggal diklik terjemahannya. Kami bahkan membentuk redaksi yang saya pimpin untuk menjamin bahwa terjemahan berita itu benar,” ungkap Ilham, yang pernah bekerja sebagai jurnalis di Bandung.
Selain itu, mereka menyediakan fitur media sosial (medsos) bagi para pengguna aplikasi. Menurut mereka, wadah medsos merupakan cara paling efektif untuk melatih keterampilan berbahasa Inggris. ”Intinya, kami ingin membuat komunitas di mana masyarakat Indonesia bisa berlatih bahasa Inggris,” terang Lutvi.
Dengan semua usaha tersebut, Hits English menjadi salah satu di antara sedikit produk teknologi start-up di bidang pendidikan. Sebab, kebanyakan start-up teknologi di Indonesia berkecimpung di bidang e-commerce atau game.
”Ini kami lakukan karena merasa terpanggil. Dilihat dari MEA saja, kita sudah kalah banyak. Masyarakat Indonesia tak siap bersaing karena tak bisa berbahasa Inggris. Saya tahu itu karena saya sendiri juga bekerja sebagai konsultan pendidikan internasional, khususnya negara commonwealth,” ujar Indra, yang sempat mengenyam pendidikan advanced diploma of business di Perth Institute itu.
Lutvi pun setuju dengan pendapat temannya. Dari pengamatan di lingkungan terdekat pun, dia melihat bahwa akses terhadap pendidikan bahasa Inggris sangat terbatas. Saat ini kebanyakan SMA di Bandung hanya mendapatkan pelajaran bahasa Inggris selama dua jam dalam satu minggu. Untuk menerima pendidikan berupa les, diperlukan biaya ratusan ribu rupiah.
”Yang membuat saya sadar bahwa ilmu bahasa Inggris orang Indonesia masih lemah itu saat saya nongkrong. Tiba-tiba saya dengar ABG yang sedang bertengkar dan si cewek bilang, ‘I hat you.’ Kan seharusnya I hate you. Saya akhirnya panggil dia dan bilang, ‘Teh, kalau I hat you, berarti kamu topinya dia dong,’” tutur dia.