Adapun data Jakarta Interbank Spot Dollar Offered Rate (Jisdor) yang dirilis Bank Indonesia menunjukkan, rupiah kemarin ditutup di level 13.615 per USD, menguat signifikan 257 poin dibanding penutupan Senin (21/12) yang di level 13.872 per USD. Posisi kemarin merupakan level rupiah terkuat sejak 12 November 2015.
Sementara itu, Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan jika pergerakan nilai tukar tahun depan akan didorong oleh banyaknya faktor positif. Faktor tersebut berasal dari domestik maupun global yang akan menyebabkan nilai tukar rupiah stabil.
Dia mengungkapkan, faktor global antara lain kenaikan suku bunga AS dan arah kebijakan AS yang semakin jelas akan mendorong nilai tukar ke arah positif. ’’Itu globalnya positif dengan statement Fed kemarin bisa lebih kondusif ya dari pergerakan nilai tukar banyak faktor positif yang mendukung nilai tukar yang stabil,” ujarnya.
Dari sisi domestik, lanjutnya, inflasi tahun depan masih akan terkendali di kisaran 4,4 persen dan defisit transaksi berjalan di kisaran 2,6 persen dari PDB. Selain itu, stimulus fiskal dari berbagai paket kebijakan yang dikeluarkan pemerintah diyakini akan mendorong pertumbuhan ekonomi, termasuk percepatan pengeluaran anggaran belanja modal kementerian dan lembaga. Pelonggaran kebijakan makroprudensial berupa penurunan GMW primer membuat likuiditas lebih longgar dan diharapkan meningkatan penyaluran kredit.
Faktor utama yang mendorong arah nilai tukar stabil, inflasi, transaksi berjalan dan stabilitas makro terjaga. Kedua, pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dan faktor global yang lebih bisa diprediksi dan kondusif dibanding sebelumnya. (owi/dee/vil)