[tie_list type=”minus”]Budaya Asli Bandung Mulai Punah[/tie_list]
bandungekspres.co.id – Agar kesenian dan budaya Sunda asli Kota Bandung tidak punah, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Bandung bersama UPT Padepokan Mayang Sunda, merangkul budayawan dan seniman Sunda menggelar sejumlah pentas seni dan budaya di UPT Mayang Sunda.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung Herlan Joerliawan Soemardi mengatakan, seni dan budaya asli seperti seni beluk, seni pantun, seni topeng benjang, sudah hampir punah. Hal itu tentunya bukan tanpa alasan terdampak perubahan zaman dan teknologi memengaruhi hal tersebut. ’’Kesenian dan kebudayaan Sunda buhun kalah dengan teknologi modern yang datang dari luar,” kata Herlan pada Bandung Ekspres di sela kegiatan Mesat Gobang Kabuyutan di UPT Padepokan Mayang Sunda, kemarin.
Herlan mengungkap, agar seni dan budaya asli Kota Bandung bisa kembali diketahui dan disenangi warga, pihaknya berupaya untuk membuat peraturan daerah yang nantinya mengharuskan seluruh pelaku usaha baik hotel maupun restoran untuk sajikan kesenian dan budaya Sunda. ’’Nanti kami akan membuat perda dimana kalau para pelaku usaha melanggarnya akan dikenakan sanksi ataupun denda. Sehingga seni dan budaya asli Kota Bandung bisa kembali berkembang,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala UPT Padepokan Mayang Sunda Ating Sudjana memaparkan, beberapa kesenian dan kebudayaan Sunda buhun atraktif, seperti halnya seni beluk misalnya, lebih menyerupai seni rajah. Beda halnya seni jaipong yang lebih atraktif sehingga cukup diminati. Menurut Ating, seni beluk sendiri nyaris hilang ditelan bumi lantaran tak ada lagi yang mengetahui bagaimana kesenian dan kebudayan itu ditampilkan. Namun setelah melakukan pencarian, dirinya menemukan generasi beluk di Rancakalong, Kabupaten Sumedang. ’’Generasi terakhir yang mengetahui persis kesenian yang lahir di wilayah Ujung Berung itu pun sudah meninggal,” ungkap Ating.
Ating memaparkan, pihaknya akan coba menyerap ilmu dan dokumentasikan seni beluk tersebut, yang nantinya seni beluk akan dilestarikan kembali di Kota Bandung. Tak menutup kemungkinan, seni itu akan dimodifikasi agar lebih atraktif sehingga banyak peminat dan penikmatnya. ’’Kesempatan kali ini dengan menampilkan kesenian dan kebudayan Sunda buhun juga kami pergunakan untuk melihat antusiasme penonton. Apakah mereka tertarik atau tidak,” paparnya.