Pemersatu Bisnis Keluarga

Tak puas melakukan perombakan kepada internal perusahaan, Jodi juga mengejar ambisi untuk menyatukan bisnis keluarga besarnnya. Pada generasi pertama yang sama-sama membesarkan bisnis cookies, muncul tiga perusahaan besar, yakni Ina Cookies, La Difa, Dan J&C. Dengan lobi-lobi yang kuat dan kesediaan generasi pertama mendengarkan masukan dari generasi kedua, akhirnya penggabungan tiga perusahaan tersebut terwujud.

Menurut Jodi, generasi pertama, restrukturisasi usaha sulit tercapai karena perbedaan prinsip bisnis. Namun, generasi kedua berpendapat bahwa bergabungnya tiga perusahaan itu akan meningkatkan efisiensi bisnis. ”Generasi kedua juga lebih dekat karena dulu kita sama-sama kecil, sama-sama tumbuh dewasa. Karena itu kedekatan emosional serta alur pikir cenderung mudah disamakan,” jelasnya.

Pada perusahaan baru yang berbadan hukum terbatas, J&C, Ina Cookies, dan La Difa pun masuk dengan nama PT Bonli Cipta Sejahtera (BCS). Jajaran BCS pun membuat penegasan segmen pasar. Misalnya, J&C dan Ina Cookies bermain di segmen menengah. Sedangkan La Difa masuk segmen high-end.

Jodi menuturkan,saat ini BCS lebih focus menggarap pasar Bandung dan Jakarta. Bahkan pihaknya mengklaim saat ini penguasaan pasar area market BCS di dua kota tersebut mencapai 70 persen dengan perincian 40 persen untuk area market Jakarta dan 30 persen untuk area market Bandung.

Dari segi sales, perinciannya adalah J&C masih menjadi kontributor terbesar, yakni 40 persen. Sedangkan Ina cookies dan La Difa masing-masing 30 persen. ”Tahun kami memperkuat penetrasi pasar domestik lewat jejaring ritel modern Hero. Penetrasi ini kami khususnya untuk menyambut lebaran. Diluar bulan puasa sudah tidak ada lagi,” katanya.

Menurut dia, strategi tersebut bakal membentuk pangsa pasar yang jelas. ”Kami tak ingin sepanjang tahun ada. Artinya, di bulan puasa dan lebaran jualan kami tak begitu agresif. Namun kami mengoptimalkan di momentum lebaran,” tuturnya.

Tak hanya menggarap pasar local,BCS juga telah menjajaki pasar ekspor sejak sembilan tahun lalu. Singapura adalah negara tujuan ekspor kue kering BCS pertama. Persentase ekspor produk BCS masih tergolong sedikit, yakni 5 persen dari kapasitas produksi. Meski demikian, setelah memperoleh verifikasi keamanan pangan (Food Safety 26004) Hazard Analyst and Critical Control Points (HACCP), Tahun ini, BCS akan lebih agresif masuk ke negara-negara yang potensial untuk digarap. ”Kami masuk ke Canada karena mereka buyer baru kami. Kami mengharapkan kontribusi ekspor bias mencapai 7 persen dari total revenue,” paparnya.

Tinggalkan Balasan