JAKARTA – Persiapan PT Pertamina untuk memasarkan elpiji dalam kemasan baru tabung 5,5 kg semakin matang. Beberapa SPBU milik Pertamina yang memiliki minimarket terintegrasi, yaitu Bright Store, mulai memajang tabung berwarna cerah itu. Di tingkat agen, Bright Gas dijual Rp 62 ribu.
Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang menjelaskan, distribusi sudah dilakukan terlebih dulu. Penjualan dilakukan setelah produk diluncurkan secara resmi. Sebagaimana saat merilis pertalite, Pertamina memasarkan ke beberapa SPBU terlebih dulu. ”Jumat (23/10) secara resmi diperkenalkan,” ujarnya pada Jawa Pos (grup Bandung Ekkspres) kemarin.
Peluncuran tersebut dilakukan di Epicentrum Walk, Kuningan, Jakarta. Alasan memilih lokasi itu karena di sekitarnya banyak apartemen. Selain keluarga kecil, salah satu sasaran Bright Gas 5,5 kg adalah penghuni apartemen. ”Di tangan konsumen, diusahakan tidak lebih dari Rp 70 ribu per tabung,” tuturnya.
Untuk menggenjot kepemilikan, Pertamina menggelar program trade in. Yaitu, menukar tabung elpiji 3 kg dengan Bright Gas 5,5 kg. Cara itu dilakukan untuk menekan jumlah subsidi gas tabung melon yang dianggap tidak tepat sasaran. Direksi yang akrab disapa Abe tersebut optimistis produk barunya disukai konsumen.
”Itu disebabkan warna pink yang menghiasi seluruh tabung,” katanya. Pesan yang ingin disampaikan BUMN energi itu kepada kaum hawa bisa dibilang provokatif. Sebab, Pertamina ingin membangun persepsi kuat bahwa produk tersebut memang ditujukan untuk para perempuan mandiri. Produk baru itu juga dicitrakan makin menarik karena terjangkau.
”Overall, mencerminkan perempuan mandiri. Sifat sebagai ibu,” tuturnya. Abe menyebutkan, pemilihan warna yang merupakan perpaduan merah dan putih itu berdasar pada psikologi warna. Selain itu, masuk dalam line-up produk Bright Gas berarti mempunyai standar keamanan ganda jika dibandingkan dengan tabung biru elpiji.
Untuk peluncuran awal, produk tersebut hanya bisa ditemukan di Jakarta dan sekitarnya. Meski demikian, Pertamina siap mendistribusikan ke kota besar lainnya seperti Surabaya. Soal kapan pastinya, Abe menjawab diplomatis. ”Sama seperti pertalite, itu bergantung penerimaan masyarakat. Kalau bagus, kami kebut ke banyak kota,” katanya. (jpnn/fik)