Balita Pakai Oksigen

Posko evakuasi semula adalah aula lantai kantor wali kota Pekanbaru kini berubah fungsi. Sebab kabut asap, ruang rapat utama ini disulap menjadi posko evakuasi bagi bayi berusia enam bulan ke bawah dari keluarga miskin.

Sejak Rabu (30/9) kemarin, kegiatan di posko ini sudah sepenuhnya beroperasi. Ruang yang digunakan adalah dua ruangan, ruang rapat dan ruang VIP.

Sementara itu, banyak sudah upaya yang dilakukan Sarmaini Amin agar sang cucu tetap bertahan di tengah kepungan asap. Mulai dari evakuasi ke Sumatra Barat hingga membeli tabung gas oksigen nebuler demi menyambung nafas sang cucu, Nadia Safira Nugroho, 6. Kini, dia hanya bisa mengurung sang cucu di rumah dan mengawal kemana pun dia pergi, bahkan ke sekolah sekalipun.

Bocah kelas satu SDN 110 tersebut memang sebelumnya sudah mengidap penyakit asma. Dia sangat rentang dengan berbagai kondisi udara. Terlebih kondis udara Kota Pekanbaru saat ini dalam kategori sangat berbahaya karena kabut asap yang menyelimuti. Akibatnya, gadis kecil dengan asma seperti Nadia tak berdaya dan menjadi semakin susah untuk bernafas.

Saat kabut asap melanda sekitar sebulan lalu, Nadia mengeluhkan batuk berkepanjangan. Khawatir, sang nenek Sarmaini langsung melarikan cucunya ke rumah sakit. Dokter pun menyarankan Nadia untuk dievakuasi tempat yang udaranya lebih bersih agar penyakitnya tak kambuh. Sarmaini pun langsung berangka ke Sumatra Barat bersama Nadia dan sang adik yang berusia 1 bulan.

Tiga minggu di sana, ternyata kegiatan sekolah di Pekanbaru sudah dimulai. Tak ingin cucu ketinggalan pelajaran, Sarmaini kembali pulang ke Pekanbaru. Malangnya, sehari di Pekanbaru, ternyata asap kembali pekat dan sang cucu kembali kesulitan bernafas.

”Kondisi tersebut membuat kami semakin kebingungan. Kondisi asap yang tak bisa diprediksi membuat kami serba salah,” ujar Sarmaini saat ditemui di rumahnya Jalan Angkasa No 16, Panam kemarin.

Meski lemah dan sulit bernafas, Nadia tetap bersekolah dengan pengawalan Sarmaini. Sang cucu tak bisa lepas dari masker saat berada di sekolah. Di rumah, Nadia juga bergantung pada oksigen yang berasal dari tabung 1 kubik dan regulator serta nebuler yang dibeli sang nenek dengan uang pribadi.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan