Kereta Cepat Dipastikan Terlaksana

”Skemanya, jangka waktu pinjaman selama 40 tahun dengan masa tenggang 10 tahun. Kita ingin dapat good return,” jelas Rini.

Namun Rini tidak menjelaskan apa maksud pinjaman berjangka waktu 40 tahun, dan grace period (libur masa menyicil) 10 tahun tersebut. Semua akan dijelaskan Rini bila joint venture dan sistem pembiayaan sudah final.

Proyek ini, menurut Rini, akan menggunakan konten lokal hingga 50 persen. Selain itu juga akan menyerap 39.000 tenaga kerja lokal. ”Bahan baku alumunium sebagian besar akan lokal,” imbuh Rini.

Kemudian, sebanyak 37 persen pendanaan menggunakan mata uang yuan. Dia merinci, dari awal proposal China tidak mencantumkan dana negara dan jaminan pemerintah. Skema kerjasamanya murni dalam bentuk bisnis. Anggaran negara untuk membangun kereta api di luar Jawa.

Sebelumnya, meski mendukung rencana pemerintah, nyatanya PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) masih ragu-ragu untuk membangun kereta api supercepat ’Shinkanzen’ jurusan Jakarta–Bandung. Hal ini disebabkan dengan kontur wilayah Jawa Barat yang berkelok-kelok serta banyaknya persimpangan jalan.

”Secara umum, tentu kami harus mendukung apapun rencana pemerintah (pembangunan kereta api supercepat, Red). Sebab, ini juga meningkatkan daya saing,” kata Direktur Utama PT KAI Edi Sukmoro kepada Bandung Ekspres baru-baru ini.

Jalur Jakarta–Bandung bernilai Rp 80 triliun itu direncanakan sebagai tahap pertama kereta supercepat yang nantinya juga akan terhubung dengan Cirebon, Semarang, dan Surabaya. Dengan kereta supercepat ini, perjalanan Jakarta-Surabaya dapat ditempuh dalam waktu sekitar 2,5 jam. Kereta supercepat Jakarta-Surabaya diperkirakan akan membutuhkan investasi Rp 250 triliun.

Namun demikian, Edi mengaku, masih butuh waktu untuk mengejawantahkan hasrat pemerintah memiliki kereta api (Jakarta-Bandung). Sebab, rel yang digunakan tidak bisa disamakan dengan rel kereta yang sudah ada. Serta dikorelasikan dengan kontur wilayah Jakarta–Bandung.

”Teknis elevasi (derajat lengkung minimal, Red) tidak bisa disamakan. Jika derajatnya terlalu tajam, tentu akan berimbas buruk pada keretanya itu sendiri. Bisa-bisa keluar jalur,” tandasnya.

”Apalagi, kawasan Jawa Barat khususnya (dari dan) ke Bandung itu banyak belokan tajam dan menanjak,” tambah pria menjabat sebagai direktur utama ke-23 PT KAI tersebut.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan