[tie_list type=”minus”]PT Sido Muncul Tekan MoU dengan FK Unpad[/tie_list]
PROF EYCKMAN – Hingga saat ini, banyak masyarakat yang salah dalam menilai obat herbal. Sebab, masyakat kerap ingin serba instan. Sekali minum atau makan obat, ces pleng.
Ini yang kemudian digarisbawahi oleh PT Sido Muncul dan Fakultas Kedokteran Unpad. Secara umum mereka melakukan kesepakatan (MoU) untuk menggelar penelitian, pengembangan, dan pemanfaatan obat herbal. Hal yang mendasari hal itu, pemanfaatan di bidang kesehatan ternyata belum optimal.
Direktur Utama PT Sido Muncul, Tbk Irwan Hidayat mengatakan, pihaknya mendorong pengembangan obat herbal di bidang pelayanan kesehatan dengan menggandeng kalangan dunia pendidikan. Salah satunya Fakultas Kedokteran Unpad.
Latarbelakang kerjasama tersebut, karena dia meyakini kekayaan sumber alam Indonesia yang diolah menjadi jamu bisa menjadi lebih bermanfaat.
”Obat herbal perlu lebih banyak diteliti lagi. Sebab, bidang kesehatan juga semakin maju. Harapanya, kami bisa mengenalkan obat herbal ke dunia layanan kesehatan formal,” kata Irwan kepada wartawan pada seminar ‘Pemanfaatan Herbal Sebagai Paradigma Baru Dalam Bidang Pelayanan Kesehatan di Auditorium Gedung RS Pendidikan Unpad, Sabtu (12/9).
Irwan mengungkapkan, perusahaan yang dirintis oleh keluarganya itu telah melakukan penelitian selama 25 tahun terakhir. Seiring perkembangan dunia medis, maka hasil penelitian tersebut akan dituang dalam bentuk buku agar dapat lebih bermanfaat bagi dunia pendidikan.
Kendati demikian, langkah itu memang tidak bisa dijadikan panduan pendidikan. Selama, dunia kedokteran sementara ini belum memiliki spesialisasi obat herbal yang dapat membimbing pasien dalam mengonsumsi sesuai aturan.
Irwan merinci, ada perbedaan mendasar antara mengonsumsi obat kimia dan herbal. Hal yang paling membedakan, kata dia, penetrasi mengonsumsi obat herbal lebih lama dari kimia. Bahkan, bisa dimakan ketika pasien sudah sembuh.
”Herbal tidak hanya sebagai alternatif pengobatan. Tapi juga menjaga kesehatan ketika pasien sedang bugar,” tuturnya.
Di bagian lain, Direktur Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen BPOM Endang Pudjiwati menilai, pemanfaatan obat herbal belum optimal. Sebab, masih banyak produsen yang kurang memperhatikan kualitas produk.