Pembunuhan Pricila Dina Yang Dilakukan Temannya Sendiri Bukti dari Buruknya Pendidikan Karakter

GEDEBAGE – Kasus pembunuhan Pricilia Dina, 15 mendapat atensi dari Wali Kota Bandung Ridwan Kamil. Ridwan Kamil datang ke rumah almarhumah Pricilia Dina, 15, di Riung Purna VIII Kompleks Riung Bandung, Rabu (2/9).

Dia adalah siswi SMPN 51, korban pembunuhan sadis yang dilakukan SF, temannya, 14, pada Senin lalu (31/8).

Pemerintah Kota Bandung tengah mengupayakan pengembangan pendidikan karakter. Berbasis agama, budaya sunda dan bela negara, serta cinta lingkungan. Persiapan telah dilakukan empat bulan terakhir.

’’Jadi saya sangat prihatin. Turut berduka cita (dengan kepergian Pricilia). Kami bertekad hal-hal seperti ini tidak boleh terjadi lagi,” ungkap dia.

Program pendidikan karakter, kata dia, akan menjadi proteksi siswa secara emosional. Kemudian, melatih siswa mengendalikan emosi agar bisa berpikir jernih sebelum melakukan tindakan apapun. Sekaligus tidak akan hanya melahirkan generasi yang pintar dan cerdas.

Emil mengaku, sering sampaikan ke anak-anak sekolah di Bandung agar menjadi orang bermanfaat. Jika tidak bisa memberi manfaat, maka jadi orang yang menyenangkan. Jika tak juga bisa jadi orang menyenangkan, minimal jangan merugikan. ’’Minimal tiga pilihan orang baik ini. Jangan sampai keluar dari tiga pilihan,’’ kata dia.

Terkait proses hukum pembunuhan Pricilia, Emil mengaku masih menunggu hasil kesimpulan dari Polrestabes Bandung. Namun, sebagai rasa kemanusiaan, dirinya datang ke rumah Pricilia mewakili keprihatinan Pemerintah Kota Bandung kepada keluarga korban.

Sementara itu, Ketua Komisi D DPRD Kota Bandung Achmad Nugraha mendukung pendidikan karakter yang bakal diterapkan Emil. Sebab, bapak pendiri bangsa ini mengingatkan pentingnya pendidikan karakter lebih dulu. Dengan begitu anak akan punya jati diri yang sebenarnya.

’’Ya setidak-tidaknya yang namanya kriminalitas kan sulit (dicegah) ya. Faktor ekonomi, faktor lingkungan, faktor berbagai faktor (penyebabnya). Tapi, kita bisa meminimalisir. Jadi (dengan) pembangunan karakter tadi.’’ ungkap dia.

Kemudian, kata dia, pendidikan karakter perlu dilindungi dengan regulasi. Agar dapat menjadi tradisi dan kebiasaan. Sebagai contoh, ketika dirinya datang ke SMPN 13 Kota Bandung.

Di situ, pada hari hari tertentu anak-anak dibina oleh kepala sekolah. Misal, setiap hari Jumat pagi melakukan salat Dhuha bersama.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan