Desa Cikole Lestarikan Karinding

LEMBANG – Desa Cikole, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat melestarikan kesenian tradisional Sunda Karinding dalam memeriahkan HUT Kemerdekaan RI ke-70. Warga Desa Cikole menggelar syukuran kemerdekaan tersebut selama dua hari dua malam non stop.

Melalui kegiatan ini, pemerintah desa mengharapkan dapat lebih memperetat tali silaturahmi dan semangat gotong royong masyarakat dan sekitarnya, ”Kegiatan ini merupakan rangkaian kegiatan memperingati HUT Kemerdekaan RI ke-70. Sebelumnya, di sini juga sudah digelar karnaval yang diikuti oleh 15 RW di Desa Cikole,” kata Kepala Desa Cikole Jajang Ruhiyat kepada Bandung Ekspres Senin (31/8).

Ditengah era modernisasi saat ini, Jajang menuturkan, masyarakat terus-menerus disuguhi kebudayaan. Barat baik melalui tayangan televisi maupun yang lainnya. Budaya tersebut sebagain besar bertolak belakang dengan kultur bangsa Indonesia yang kental akan adat istiadat tradisional.

”Kami ingin mengemkembalikan kesenian tradisional Sunda ke tengah-tengah masyarakat. Alhamdulilah, antusias warga menyaksikan kesenian tradisional sangat tinggi,” tuturnya.

Pihaknya berharap kegiatan kesenian ini bisa tercatat di Musium Rekor Indonesia (MURI), namun karena kendala berbagai hal akhirnya harapan tersebut belum bisa diwujudkan. ”Semoga kegiatan kesenian di lain waktu, bisa tercatat di rekor MURI,” paparnya.

Ada yang menarik dalam pentas seni yang disuguhkan panitia, yaitu kesenian Jentreng Tarawangsa. Menurut Jajang, kesenian Tarawangsa yang hanya menggunakan dua alat musik bambu yaitu rebab dan kecapi sudah jarang dipentaskan. ”Maka kami ingin lebih mengangkat kesenian ini karena generasi muda mungkin tidak tahu. Terlebih bagi masyarakat di daerah seperti Cikole ini yang jadi jalur lintasan wisatawan,” jelasnya.

Bila generasi muda sudah mengenal dan mencintai kesenian tradisional Sunda, lanjut dia, maka dipastikan eksistensi Sunda khususnya dalam hal kesenian tidak akan punah oleh perkembangan jaman. ”Kita ketahui bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai kesenian di tanah kelahirannya. Kita yakin seni Sunda tetap hidup dan dimumule (dipelihara) ku generasi selanjutnya melalui kegiatan-kegiatan pentas seni seperti ini,’ ucapnya.

Menurut warga, Rizky, 24, digelarnya acara karinding cukup menarik. Terlebih, baginya karinding saat ini sulit ditemukan. ”Dikalangan anak muda sendiri, karinding sudah jarang ada yang mengenal. Bahkan, anak muda sudah jarang yang memainkan,” ucapnya.

Tinggalkan Balasan