Saat Asosiasi Seni Boneka Asia Tenggara Pentaskan Ramayana

APA tercetus atas inisiatif Sena Wangi (Sekretariat Wayang Indonesia) dan beberapa lembaga kebudayaan di Indonesia. Awalnya para seniman boneka dan wayang tersebut hanya bertemu pada rapat inaugural di Jakarta untuk menampilkan seni tradisional masing-masing.

Akhirnya APA resmi terbentuk pada 1 Desember 2006. Yang menahbiskan adalah Wakil Presiden (kala itu) Jusuf Kalla. Sejak saat itu asosiasi tersebut berkiprah dalam saling tukar informasi budaya yang berafiliasi dengan berbagai organisasi seni boneka masing-masing negara.

Satu tahun kemudian, persisnya 7 September 2007, rapat tahunan APA pun diadakan di Palembang, Indonesia. Saat ini presidium chairman APA dipegang Danillo Liwanang dari Filipina. ’’Dari awalnya hanya berkoordinasi, kami akhirnya mempunyai program exchange yang mempertemukan kedua negara dalam asosiasi tahun lalu. Program pertukaran itu pun berkembang menjadi pementasan bersama,’’ ujar Sekretaris Jenderal APA Suparmin Sunjoyo.

Ramayana sengaja dipilih karena epos dari India tersebut bisa ditemukan dalam beragam budaya di kawasan Asia Tenggara. Di khazanah sastra Jawa, misalnya, ada Kakawin Ramayana. Sedangkan di bahasa Melayu bisa didapati Hikayat Seri Rama.

Versi paling dikenal, ringkasnya, bercerita tentang penculikan Sinta oleh Rahwana. Rahwana mengamuk ke Ayodhya, mencari Rama dan Laksmana yang telah menghajar Surpanaka. Karena tak menemukan keduanya, dengan tipu muslihat dia membawa paksa Sinta ke Alengka yang pada akhirnya memicu pertempuran kedua pihak.

Tantangannya tentu menggabungkan beragam versi Ramayana dari berbagai latar budaya itu. Setiap budaya punya pakem-pakem tersendiri dalam menceritakan legenda dari India yang berpusar pada penculikan Sinta oleh Rahwana tersebut.

Dalam masa persiapan yang tak sampai satu minggu, para penampil yang berasal dari Indonesia, Kamboja, Myanmar, Filipina, dan Jepang sebagai negara mitra harus bekerja keras menyintesiskan ide. Mereka harus melepas patron-patron masing-masing dan mencari titik tengah. ’’Karena akarnya sama, cerita Ramayana, akhirnya bisa ketemu juga,’’ ucap Amihan yang bersama Santi dan Terrence Tan dari Singapura merancang pementasan tersebut.

Salah satu contoh jalan tengah itu ada dalam adegan Hanoman terbang yang diwakili perubahan dari orang menjadi wayang khas Kamboja. Dalam adegan tersebut, penampil Kamboja harus menyanyikan tembang khusus. Sebab, Hanoman, si kera putih yang membantu Rama menyerbu Alengka, adalah tokoh yang sakral di Kamboja. ’’Jadi, memang kami akomodasi agar penampil bisa menyanyikan tembang itu,’’ ungkap Santi yang juga tergabung dalam organisasi wayang Indonesia Sena Wangi.

Tinggalkan Balasan