MAJALENGKA – Lonjakan harga daging sapi di sejumlah daerah tidak berpengaruh ke kawasan Majalengka bagian timur. Seperti di kawasan Rajagaluh, Leuwimunding, dan Sindangwangi, penjualan daging sapi tetap berlangsung normal di pasar maupun di rumah potong hewan. Bahkan jauh dari ancaman mogok berjualan daging sapi seperti pedagang di kota-kota besar.
Seperti yang terjadi di rumah potong hewan Lembu Mas di kawasan Sindangwangi yang biasa memasuk daging ke pasar-pasar tradisional, tetap melakukan pemotongan sapi dengan jumlah seperti hari-hari biasa.
H Anas Nasikin, pemilik peternakan Lembu Mas mengaku tidak ingin terpengaruh dengan ajakan mogok berjualan daging sapi. Sebab di wilayahnya harga daging sapi masih normal, tidak seperti di kota-kota besar yang harga jualnya relatif jauh lebih mahal.
”Kalau saya sih ngapain mogok-mogok. Kasian konsumen yang kebutuhan dagingnya masih tinggi. Kasian juga petani-petani kecil yang punya kandang-kandang penggemukan, kalau tidak segera dipotong dan dijual mereka mau dapat penghasilan dari mana,” ujar Anas kepada wartawan, kemarin (10/8).
Dia menegaskan, jika di kota besar terjadi kenaikan harga daging sapi yang gila-gilaan, itu karena yang menjualnya terlalu banyak tangan. Berbeda dengan di wilayahnya yang merupakan penjual langsung tangan kesatu atau maksimal tangan kedua dari sapi yang dijajakan para petani di daerah sekitarnya, sehingga harganya masih normal.
”Yang jelas kalau di daerah kita, harga daging sapi mudah-mudahan bisa tetap normal karena tidak banyak tangan. Kalau di kota besar maklum kalau harganya mahal, karena mungkin di sana penjualnya terlalu banyak. Sehingga di tingkat pengecer harganya cukup tinggi,” tegasnya.
Dia mengaku jika saat ini dirinya masih menyembelih sapi sebanyak dua ekor, jumlah yang sama saat normal. Bahkan untuk hari-hari sepi biasanya dia menyembelih sapi paling sedikit satu ekor per hari. Dan itupun hampir setiap hari selalu habis terjual kepada pembeli yang rata-rata berasal dari wilayah Sindangwangi, Rajagaluh, Leuwimunding, bahkan Dukupuntang Cirebon.
Sistem penjualannya ada yang membeli dengan cara datang langsung ke tempatnya, baik itu yang membeli dalam jumlah besar maupun yang eceran yang saat ini dibanderol Rp105 ribu. Bahkan, dia tidak mau tahu jika seandainya orang yang membeli dalam jumlah besar tersebut bertujuan untuk dijual kembali atau dikonsumsi sendiri.