Sayangnya, sinyal buruk datang dari perekonomian global. Selain pertumbuhan ekonomi global yang dikoreksi dari 3,39 persen menjadi 3,30 persen, harga komoditas terus menurun hingga 13 persen. Guncangan pasar modal Tiongkok awal bulan ini juga turut memperparah.
Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara menambahkan, BI terus memonitor pergerakan nilai tukar rupiah yang dinilai sudah melemah lebih tajam jika dibandingkan dengan nilai fundamental ekonomi Indonesia atau sudah undervalue. ”Karena itu, BI akan selalu ada di pasar (intervensi, Red),” tegasnya.
Bahkan, mantan kepala ekonom Bank Mandiri dan kepala eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) itu menegaskan bahwa posisi rupiah sudah undervalue sejak 2013. Artinya, dengan fundamental ekonomi Indonesia yang cukup baik, semestinya rupiah tidak melemah setajam ini. (owi/dyn/c5/kim/rie)