Abu Vulkanis Terus Menyembur

[tie_list type=”minus”]Ketinggian dari Puncak Raung 500-1.000 Meter[/tie_list]

BANYUWANGI – Gunung Raung masih mengeluarkan asap kelabu bercampur material abu vulkanis kemarin (21/7). Abu vulkanis tersebut menyembur dengan ketinggian 500-1.000 meter dari puncak gunung api terluas dan terbesar di Pulau Jawa itu.

Asap gunung raung
DEDY JUMHARDIYANTO/RADAR BANYUWANGI

ASAP KELABU: Kepulan abu vulkanis menyembur dari puncak Gunung Raung, dipotret dari kawasan Bandara Blimbingsari, Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi, pukul 17.10 kemarin (21/7).

Berdasar hasil pengamatan wartawan Jawa Pos (induk Bandung Ekspres) Radar Banyuwangi di Pos Pemantauan Gunung Api (PPGA) Raung di Dusun Mangaran, Desa Sumberarum, Kecamatan Songgon, Banyuwangi, semburan abu tersebut kemarin mengarah ke utara dan timur laut. ’’Gempa tremor masih terjadi terus-menerus dengan amplitudo dominan 26 milimeter,’’ ujar petugas PPGA Raung Bambang Santoso kemarin.

Sementara itu, arah abu tersebut membuat sebagian besar warga Banyuwangi relatif tenang. Sebagian wilayah kabupaten berslogan The Sunrise of Java itu tidak terkena imbas abu vulkanis. Bahkan, beberapa orang malah mendatangi PPGA untuk berwisata libur Lebaran. Tidak sedikit kendaraan yang menuju PPGA Raung di Dusun Mangaran.

Selama Lebaran ini PPGA Raung di lereng gunung mendadak ramai dikunjungi warga yang datang dari berbagai daerah di Kabupaten Banyuwangi. Malah banyak juga yang dari luar daerah. Kunjungan warga ke PPGA itu meningkat drastis dibanding hari biasa.

Warga yang datang awalnya hanya masyarakat yang tinggal di sekitar Kecamatan Songgon, Singojuruh, Rogojampi, Sempu, dan Kecamatan Genteng. Sejak aktivitas gunung sering menghiasi layar kaca televisi dan menghebohkan dunia penerbangan di Indonesia lantaran bandara terpaksa ditutup karena semburan abu vulkanis, Gunung Raung semakin tersohor. Para pengunjung yang datang itu umumnya penasaran dengan cerita dari mulut ke mulut dan dari media.

Mereka datang ke PPGA dengan mengendarai sepeda motor dan mobil pribadi. Tetapi, ada juga yang datang dengan sepeda pancal dan ramai-ramai naik truk bak terbuka. ’’Pemandangannya bagus, tapi jalannya rusak,’’ ujar Kastriah, 60, warga Gubeng, Surabaya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan