Kemarin, menhan telah dipanggil secara khusus ke kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, untuk hal tersebut. ’’Perlu segera ada evaluasi menyeluruh terhadap kondisi alutsista (alat utama sistem persenjataan, Red) TNI,’’ kata Tim Komunikasi Presiden, Teten Masduki, di Jakarta, kemarin (1/7).
Dia menyatakan, evaluasi itu nantinya akan menjadi dasar untuk melakukan langkah-langkah perbaikan dan peremajaan alutsista TNI. Desain besarnya, alutsista TNI akan diarahkan ke kemandirian industri pertahanan. Hal itu penting agar Indonesia dapat sepenuhnya mengendalikan kesiapan operasional alutsistanya. ’’Selain itu, TNI harus pula memperkuat zero accident dalam penggunaan alutsista.
Usia pertemuan dengan presiden, Ryamizard memilih tidak membeber lebih jauh tentang langkah taktis yang bakal dilakukan dalam investigasi nantinya. ’’Kita tunggu dulu, nanti dulu itu,’’ elak Ryamizard.
Termasuk, saat disinggung keberadaan sejumlah warga sipil di dalam pesawat yang akhirnya turut menjadi korban, dia hanya menyatakan, kalau keberadaan warga sipil di dalam pesawat militer milik TNI AU, adalah hal biasa. Dia membandingkan dengan masyarakat yang juga bebas naik tank-tank milik TNI dalam sejumlah kesempatan. ’’Kalau mau ikut boleh saja. Dari dulu begitu. Nggak apa-apa dengan rakyat harus sama sama,’’ kata dia.
Lalu, bagaimana dengan kabar kalau masyarakat sipil itu juga ditarik sejumlah biaya? ’’Masak TNI ambil keuntungan, enggak lah,’’ katanya, sambil berlalu.
Sementara itu, Pengamat pertahanan Haryo Budi Rahmadi mengatakan, pemerintah perlu menghidupkan lagi industri alutsista lokal, terutama pengembangan pesawat jenis armada angkut. ’’Sebab kebutuhan terbesar kita ada disitu. Kemampuan kita untuk membuat sendiri juga baru sebatas itu,’’ ujarnya.
Dia mencontohkan saat akhir 90-an dimana Indonesia telah berhasil membuat sendiri pesawat sebagai alat angkut militer. Meski belum mampu membuat sekelas Hercules C-130, tapi saat itu Indonesia bisa memproduksi pesawat sekelas N-2130, CN-235 dan N-250. ’’Saat itu CN-235 kan sudah diproduksi versi militernya,’’ ujar pengajar pasca sarjana di Universitas Pertahanan itu.
Haryo yakin putra-putra terbaik Indonesia bisa melakukan hal serupa jika ada dorongan kuat dari pemerintah. Dia mencontohkan bagaimana Indonesia mampu memodifikasi Hercules C-130 yang jatuh kemarin sebagai pesawat yang memiliki fungsi airborne refueling (pengisi bahan bakar pesawat jet).