RAMADAN yang tinggal hitungan hari disambut dengan keceriaan. Dalam tradisi Sunda, menyambut datangnya Ramadan biasa disebut munggahan. Tradisi ini pun terus berkembang. Munggahan diisi dengan berbagai macam kegiatan positif, seperti Munggah Bungah 3 yang digelar Yayasan Karya Madani dan Majelis Ta’lim Al Muttaqin di Bumi Sangkuriang, Jalan Kiputih, kemarin (15/6).
Munggah Bungah ini diikuti 600 anak yatim, termasuk di dalamnya 50 penyandang Thalasemia. Anak-anak yatim yang kurang mampu diajak bersliturahmi dan menampilkan beragam kreasi seni.
Ketua pelaksana Munggah Bungah 3 HM. Ersyad Muttaqien mengatakan, event tersebut merupakan wadah kreativitas bagi mereka anak-anak yatim piatu, dhuafa dan penyandang Thalasemia. Untuk ketiga kalinya Munggah Bungah digelar, kali ini menampilkan bakat dan pertunjukan berbeda dari sebelumnya.
”Jika sebelumnya ada acara fashion show yang dibawakan oleh anak-anak penyandang Thalasemia, kali ini mereka unjuk kebolehan dengan bernyanyi,” ungkap Ersyad.
Sedangkan untuk 600 anak-anak yang datang masih sama dengan tahun-tahun sebelumnya yaitu lebih memfokuskan untuk anak yatim piatu, dhuafa dan penyandang Thalasemia. Menurut Ersyad, mereka layak untuk mendapatkan sajian hiburan yang sekaligus terlibat didalamnya.
Selain acara yang digelar tersebut merupakan event munggahan sebelum memasuki bulan suci ramadhan, pihaknya pun lebih mengutakan untuk berbagi kepada anak-anak yang membutuhkan. Apalagi diakuinya, anak-anak tersebut pastinya jarang untuk bisa menikmati ajang hiburan secara bersama-sama dengan anak-anak lainnya. Dalam acara Munggah Bungah 3 inilah, Ersyad menjadikannya sebagai ajang silaturahmi dan unjuk bakat bagi mereka yang memiliki kelebihan dalam berkesenian.
”Ternyata anak-anak tersebut memiliki bakat seni yang luar biasa, disini mereka mahir dalam berkesenian seperti nari tradisional, akting, bahkan menyanyi. Kedepannya kami juga ingin menyediakan wadah tidak hanya untuk bidang kesenian, namun juga ekonomi. Malahan kami siap melakukan pelatihan bagi mereka yang ingin berbisnis dan mengembangkat bakatnya dibidang lain,” kata Ersyad.
Sementara wakil ketua pelaksana, H. Adang M. Tsauri menambahkan kenapa pihaknya selalu menggandeng penyandang thalasemia, karena Jawa Barat sendiri merupakan Provinsi terbesar yaitu sekitar 60 persen untuk penyandang thalasemia dan sebagian besar dari mereka berasal dari kalangan kurang mampu. ”Penyandang thalasemia itu kan wajib melakukan cuci darah setiap bulannya, bahkan ada yang dua bulan satu kali. Bayangkan jika sekali biaya cuci darah sekitar kurang lebih Rp 300/1 kali, berapa yang harus dihabiskan setiap bulannya. Belum lagi jika stock darah habis, karena itulah dengan acara ini kita ingin berbagi. Selain dengan sisi materi kita pun ingin memberikan hiburan dan ajang untuk mereka unjuk bakat,” kata Adang.