Berdasarkan catatan persentase keberhasilan menuntaskan final menjadi juara, Lazio lebih jago. Persentase Lazio melangkah ke podium teratas mencapai 75 persen dengan hanya dua kali gagal dalam delapan final. Juventus malah hanya 60 persen dengan enam kali gagal dari 15 final.
Pioli pun konfiden meneruskan catatan apik Lazio sepanjang Coppa Italia tersebut. ”Di tahun ini, kami kembali melangkah ke pertandingan final, tidak ada alasan untuk mengakhirinya dengan juara, karena inilah tempat yang layak bagi kami,” koar pelatih berusia 49 tahun itu.
Kembalinya Stefan de Vrij menjadi salah satu modal Lazio untuk meredam serangan dari trio Juventus yang kali ini tidak diperkuat Alvaro Morata. Dia absen lantaran akumulasi kartu. Bersama De Vrij, Lazio pernah tidak terkalahkan sepanjang hampir dua bulan sejak akhir Februari hingga medio April.
Disebutnya, motivasi treble winners malah akan menjadi beban tersendiri bagi Juventus. ”Sedangkan kami sendiri sudah semesatinya menunjukkan permainan terbaik, karena ini di Roma dan kami ingin memberi yang terbaik. Ini laga besar di samping di Serie A,” lanjutnya.
Sementara Juventus, sudah mulai mengendur di kompetisi domestik sejak memastikan trofi scudetto ke-31-nya di kandang Sampdoria, 2 Mei lalu. Salah satunya tertahan di kandang sendiri oleh Cagliari (9/5). Kemenangan 2-1 atas Inter di Giuseppe Meazza (16/5) didapatkan dengan sedikit susah payah.
Juventus kehilangan dominasi penguasaan bola atas Inter dan baru memastikan victory di 10 menit terakhir. ”Kami terus mengembalikan fokus sekalipun sudah menjuaai Serie A. Yang kami perlukan hanya menjaga tempo permainan dengan menatap dua final ke depan,” ulas Claudio Marchisio.
Juventus kemungkinan besar tidak akan memainkan beberapa pemain pentingnya. Posisi di bawah mistar misalnya, tidak ada nama Gianluigi Buffon. Sebaliknya, pelatih Massimiliano Allegri lebih memilih Marco Storari di posisi nomor satu. (ren/mio)