14 Orang Hilang

[tie_list type=”minus”]Proses Evakuasi Terkendala Alat Berat [/tie_list]

PANGALENGAN – Tragedi longsor Pangalengan Selasa (5/5), kuat menyisakan duka warga setempat. Proses evakuasi yang dilakukan hari kedua kemarin (6/5), belum membuahkan hasil. Sebanyak 14 warga masih tertimbun di dalamnya.

Bupati Kabupaten Bandung Dadang M. Naser menyebut, jumlah 14 orang yang masih tertimbun adalah prediksi. Namun, korban yang luka seluruhnya sudah langsung ditangani RSUD Al Ihsan. Di samping, mengevakuasi 53 orang warga dari lokasi kejadian, di Kampung Cibitung, Desa Margamukti, Kecamatan Pangalengan.

Menurut dia, berdasarkan keterangan Badan Geologi, peristiwa yang terjadi di wilayahnya adalah bencana alam. ’’Longsor dulu. Terjadi retakan, dan memotong dua pipa lalu terjadi ledakan. Ini murni bencana alam bukan ledakan,’’ jelasnya.

Dadang mengungkapkan, sebenarnya kawasan tersebut sudah tidak layak huni lagi. Seluas 13 hektare lahan di area PTPN VIII tertimbun tanah. Longsorannya terjadi dari wilayah Kehutanan, Perhutani dan PTPN VIII.

Karena itu, Dadang sudah membicarakan dengan PTPN VIII akan merelokasi dan menyediakan tempat, sekaligus membiayai rumah warga. Pembiayaan ini juga ditanggung PT Star Energy Geothermal. ’’Sudah dibicarakan (oleh Pemda ke PT Star Energi), akan bertanggung jawab untuk mengurus semuanya,’’ ungkapnya.

Terkait bantuan sementara untuk para pengungsi, pemerintah telah memberi makan, minum, MCK, dan pelayanan kesehatan. ’’Mulai sekarang (kemarin) dinyatakan tanggap darurat selama tujuh hari untuk evakuasi korban yang tertimbun tanah. Dan, akan diperpanjang bilamana diperlukan,’’ tegas dia.

Dandim 0609 Kabupaten Bandung Letkol Tri Sugianto mengatakan, proses evakuasi dilakukan TNI, Polri, Basarnas, BPBD dan relawan. Seluruh personel berjumlah 250 orang. Terbagi ke tiga titik. Sebab, berdasarkan informasi masih ada korban yang tertimbun di tiga lokasi. Yakni, perkampungan, kolam pancing dan di bawah hutan Pinus. ’’Kita akan memprioritaskan di tiga titik ini dulu,’’ kata Tri.

Untuk evakuasi, jelas Tri, sebaiknya semua memakai alat berat. Tapi, pada praktiknya hanya dua titik yang menggunakan itu. Sedangkan di hutan Pinus perlengkapan manual, karena lokasinya tidak memungkinkan. ’’Jangka waktu evakuasi tidak terbatas, semakin cepat semakin bagus,’’ terang dia. (yul/hen)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan