’’Hari sabtu kebetulan memang tidak ada proses belajar jadi kita bersihkan sekolahan dibantu para siswa. Tapi, siang air datang lagi,’’ ujar Agus kepada wartawan saat ditemui di sekolah SMPN 42 Bandung.
Akibat banjir yang merendam lantai bawah sekolah tersebut, 20 ruangan kelas maupun guru menyisakan lumpur. Bahkan, lumpur pun setebal 20 sentimeter menutup lapangan SMPN 42. Agus mengatakan, dengan adanya lumpur yang hampir mengelilingi seluruh bagian sekolah, proses belajar mengajar pun terganggu. Pihaknya terpaksa meminta kepada siswa bagi yang ingin membantu membersihkan bisa ikut serta datang kesekolah.
’’Kadisdik juga bilang ini situasional saja. Jadi yang rumahnya dekat yang kebetulan tadi datang pakai seragam kita minta pulang dulu terus ganti baju dan ikut bantu membersihkan. Tapi, yang rumahnya jauh diinstruksikan belajar dirumah,’’ ujarnya.
Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Kota Bandung Elih Sudiapermana membenarkan, bahwa proses pembelajaran di SMPN 42 dan SMAN 21 Bandung masih belum efektif. Ia pun mengecek langsung ke dua sekolah tersebut pada saat banjir masih merendam.
’’Sebenarnya bukan diliburkan. Cuma melihat kondisi di lokasinya sendiri, kemarin dengan kepsek (kepala sekolah) sepakat fleksibel saja. Anak-anak biar masuk biar bisa lihat situasi sekolah, kalau mau ya ikut gotong royong,’’ ujar dia kepada wartawan melalui ponselnya.
Menurut Elih, melihat lumpur masih tebal di lapangan SMPN 42 Bandung, pihaknya mengkordinasikan kepada dinas terkait untuk membantu membersihkannya. Pihaknya pun berharap agar dengan adanya bantuan, lumpur segera bisa diatasi.
’’Saya sudah laporkan ke Pak Sekda (Sekertaris daerah), Pak Sekda sudah kerahkan DBMP (Dinas Bina Marga dan Pengairan) serta damkar. Halaman minta disemprot damkar, karena itu (lumpur) tebal sekali,’’ katanya.
Sementara itu Rosadi, 14, siswa SMPN 42 kaget melihat sekolahnya tertutupi lumpur. ’’Sekolahnya jadi kotor gini. Aku ngga tahu diliburin,’’ kata dia. (mg10/fie)