Aibat Terjangkit HIV/AIDS
JEMBER – Siapa pun akan iba melihat mimik wajah 30 anak dan bayi yang mengikuti penyuluhan di Klinik VCT RSD dr Soebandi Jember. Puluhan anak tersebut harus menanggung derita karena terjangkit virus mematikan, HIV/AIDS. Mereka harus mengonsumsi obat antiretroviral virus (ARV) sepanjang hayatnya agar bisa hidup lebih lama.
Kenyataan itu terungkap dalam acara penyuluhan dan silaturahmi orang dengan HIV/AIDS (ODHA) yang dilaksanakan VCT RSD dr Soebandi Jember.
Mereka kemarin, berkumpul untuk mengikuti penyuluhan cara memberikan ARV kepada anak-anak ODHA yang positif.
Namun, sebenarnya bukan hanya 30 anak itu yang terjangkit HIV/AIDS di Jember. ’’Kalau sejak ada VCT di sini, sekitar 50 anak yang terinfeksi HIV/AIDS,’’ ungkap dr Justina Evy Tyaswati, dokter spesialis jiwa RSD dr Soebandi yang juga kepala Klinik VCT.
Menurut Evy, mereka adalah anak-anak berusia 15 bulan hingga 12 tahun. Bayi baru dapat diketahui positif atau negatif HIV/AIDS setelah berusia sekitar 15 bulan. Namun, dari jumlah tersebut, sekitar 20 anak meninggal dunia. Sebagaimana diketahui, hingga kini penyakit tersebut belum ditemukan obatnya.
Untuk kasus yang terjadi pada anak-anak, Evy menuturkan, mereka secara otomatis terjangkiti HIV/AIDS akibat tertular ibunya yang mengidap HIV/AIDS. ’’Penularan itu bisa terjadi saat dalam kandungan, atau saat dalam proses menyusui,’’ katanya.
Namun, lanjut dia, secara keseluruhan, pasien penderita HIV/AIDS asal Jember tercatat 1.200 orang. Penderita terbanyak adalah ibu rumah tangga. Sementara itu, kantong-kantong penyumbang penderita HIV/AIDS terbesar tetap wilayah Jember Selatan, terutama Kecamatan Puger.
Menurut dia, anak-anak yang diketahui positif HIV/AIDS terpaksa harus minum obat ARV sepanjang hidupnya agar dapat hidup lebih lama. Meskipun penderita bayi, ARV harus diberikan untuk menurunkan kekuatan virus. ’’Bukan membuang atau mematikan virusnya, hanya melokalisasi,’’ ujarnya. Dengan begitu, pertumbuhan virus tersebut tidak ganas dan tidak cepat menyebar. (ram/har/c4/bh/hen)