Petaka Candu Bermain Game Online

CIMAHI – Adanya ratusan pasien anak yang menjadi pasien di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi Jawa Barat membuktikan bahwa gawai bisa menjadi petaka bagi anak. Kecanduan bermain game, browsing dan bermain aplikasi lainnya bisa mengakibatkan stres pada anak.

Psikolog Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani) Cimahi, Miryam Ariadne Sigarlaki menjelaskan, secara psikolog anak yang kecanduan gawai itu akan memperngaruhi alam pikirannya sehingga mereka betah di dunia maya.

”Biasanya kalau anak sudah terlanjur, dia candu dengan gagdet biasanya dia akan memiliki seolah-olah dunianya sendiri di gadjet tersebut,” kata Miryam saat dihubungi via pesan singkat, Rabu (16/10).

Menurut Miryam, ada berbagai faktor yang membuat anak candu terhadap gawai. Di antaranya kesenangan dan kemudahan yang didapat dari gawai itu yang membuat anak benar-benar betah berada dalam dunia maya.

Sebab, imajinasi kemudahan dan kesenangan seperti bermain game online kemudian ada aplikasi lain yang membuat anak terhanyut dalam gawai. Tapi ketika anak kembali lagi ke dunia nyata, kemudahan dan kesenangan seperti dalam dunia maya itu belum tentudidapatkan di dunia nyata, dan itu belum tentu diterima si anak.

”Misalnya di sekolah, keluarganya, ketika dia gagal, bukannnya dimotivasi tapi apa yang dia terima misal caci maki sehingga itu yang menyebabkan bisa stres,” jelasnya.

Menurut Miryam, dampak stres anak akibat kecanduan gawai itu reaksinya berbeda-beda. Seperti tidak mau sekolah, prestasinya menurun hingga tidak mau bergaul dengan lingkungan sosialnya.

”Kalau sudah terlanjut dan tidak bisa ditangani oleh orang tua, bawa ke ahli,” imbuhnya.

Agar anak tidak menjadi korban gawai, lanjut Miryam, peran orang tua adalah yang utama. Menurunya, orang tua harus memberikan rambu-rambu pemakaian gawai. Kemudian, sediakan waktu untuk mendengarkan dan mengetahui kebutuhan anak sehingga tidak terjebak ke dalam gawai.

”Jangan biarkan anak lama-lama dengan gawai, dampingi anak saat main gawai dan sesuaikan dengan kondisi anak. Bekali anak mana yang boleh dan tidak boleh, terapkan aturan itu secara konsisten,” pungkasnya.(mg3/ziz)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan