Ibarat Pesawat, Terbang Bersama Enam Mesin

Menanti Jabar Hybrid dengan Metropolitan dan Pusat Pertumbuhan

Jawa Barat menjadi provinsi pelopor penerapan model ini di Indonesia. Sebuah langkah terobosan yang diambil Gubernur Ahmad Heryawan, bagi percepatan pembangunan di daerahnya. Menggunakan model hybrid pembangunan. Seperti apakah itu?

Suhendrik, BANDUNG

KETIMPANGAN dan pemerataan menjadi pekerjaan rumah serius yang dihadapi, dalam menjalankan program pembangunan bagi rakyat. Hal ini disadari betul Gubernur Jawa Barat (Jabar) Kang Aher –sapaan Ahmad Heryawan-. Sampai akhirnya diputuskan 2014 lalu, menerapkan model hybrid atau hibrida.

Di mata Prof Dr Ir Deny Juanda Puradimaja DEA, asisten Daerah II Bidang Perekonomian dan Pembangunan (Ekbang) Jabar, pembangunan hybrid merupakan konsep yang telah diambil dalam mewujudkan Jabar lebih maju, sejahtera, dan bersahabat di dunia sampai tahun 2050. Ditandai dengan terbitnya Peraturan Daerah (Perda) Nomor 12 Tahun 2014. Artinya, di situ sekaligus, konsep ini merupakan hasil kesepakatan antara eksekutif dan wakil rakyat.

Menurut Deny, seperti pada umumnya pengertian hybrid sebagai dua sumber tenaga bagi sebuah hasil akhir, maka demikian halnya dalam membangun Jabar. Berorientasi pada memenej dua layer daerah pembangunan; metropolitan dan pusat pertumbuhan yang berbasis kabupaten kota.

’’Kita petakan dua layer itu. Metropolitan dan pusat pertumbuhan,’’ kata mantan kepala Bappeda Jabar ini belum lama ini di kantornya, kompleks Gedung Sate.

Dari 27 kabupaten dan kota yang ada di Jabar, Deny mengelompokkan menjadi tiga kawasan metropolitan dan tiga pusat pertumbuhan. Bagi metropolitan terdiri atas kawasan Bodebekarpur atau Bogor, Depok, Bekasi, Karawang, dan Purwakarta. Kedua kawasan Bandung Raya, ketiga Cirebon Raya. Sedangkan untuk pusat pertumbuhan terdiri atas Pangandaran, Rancabuaya dan Palabuhanratu.

Daerah yang masuk kawasan Metropolitan Bandung Raya dikelompokkan daerahnya berbasis ilmu pengetahuan teknologi dan industri kreatif. Metropolitan Bodebekarpur berbasis industri manufaktur. Lalu, Metropolitan Cirebon Raya berbasis kultural dan budaya. Di antara Bandung Raya dan Cirebon Raya, dengan kehadiran Bandara Internasional Jawa Barat, nanti di situ ada Aerocity Majalengka. Oleh karena itu, daerahnya cocok untuk lokasi industri berpolusi rendah.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan