Beri Pelatihan Urban Farming

[tie_list type=”minus”]Cetak 302 Wirausahawan Baru [/tie_list]

PEMBERDAYAAN pertanian di Kota Bandung sesuai program Urban Farming yang digalakkan sejak 2014 begitu terasa di masyarakat. Sehingga, kehadiran petani sayuran dan buah-buahan serta tanaman hias hidroponik ini dapat diterima dan saling mengambil manfaat dalam kehidupan sehari-hari.

urban farming
EDDY KOESMAN/BANDUNG EKSPRES

MANFAAT: Kepala Bidang Produksi Dispertapa Galih Praasih memerlihatkan sayuran hidroponik yang miliki nilai ekonomis tinggi.

Sebagai alternatif pemberdayaan lahan pekarangan perumahan dan lahan tidur. Wawasan para petani kota ini perlu ditingkatkan. Keterampilan ini lebih bersifat ketrampilan yang mudah mendapatkan penghasilan.

Kota Bandung dengan jumlah penduduk mencapai 2,5 juta orang, berbanding terbalik dengan lahan petanian yang semakin sedikit. Itu terjadi, karena adanya alih fungsi lahan untuk perumahan dan perindustrian.

Atas referensi tersebut, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung, secara terus menerus memberikan pelatihan Kampung Berkebun (Urban Farming) kepada RW di 151 kelurahan.

Untuk tahun 2014 sebanyak 151 RW, 1 kelurahan 1 RW, dengan jumlah peserta 50 orang. Sementara di tahun 2015, sebanyak 302 RW, 1 kelurahan 2 RW dengan jumlah peserta masing-masing 25 orang.

Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung Galih Praasih mengatakan, Urban Farming sebagai salah satu program pengembangan pertanian perkotaan, saat ini difokuskan pada pengembangan tanaman hidroponik sayuran, buah-buahan dan tanaman hias.

Pertanyaannya kenapa demikian? ’’Yang bernilai ekonomis dan bisa dikembangkan di lahan sempit serta hasilnya dapat meningkatkan pendapatan warga, ya bertani tanaman hidroponik,” sebut Galih.

Maka, mengacu pada hasil pelatihan Kampung Berkebun atau Urban Farming. Sepanjang tahun 2015, jelas Galih, sebanyak 4.532 pohon produktif berhasil ditanam. Sedangkan, pohon langka atau endemik sebanyak 1. 926 pohon berhasil dibudidayakan.

Menyoal teknis pelatihan yang diberikan kepada warga kewilayahan, Galih mengungkapkan, bentuk pelatihan dan sosialisasi diberikan kepada setiap RW, dengan memberikan pemahaman dan praktik langsung. ”Halaman rumah dan tanah tidur warga menjadi percontohan,” tukas Galih.

Untuk itu, Galih berharap, selain dapat membantu perekonomian warga, program ini bisa membantu kebutuhan masyarakat akan sayuran segar. Seperti arahan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, melalui Kampung Berkebun, merangsang masyarakat untuk menggemari buah-buahan lokal dan mengurangi sayuran impor. ”Tanaman hidroponik seperti, cabe, tomat ceri, brokoli, seledri, bayam, bawang daun, dan tanaman sayuran lain. Jika digeluti dengan baik, produknya bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selebihnya bisa dijual, sehingga memberi penghasilan tambahan,” pungkas Galih. (edy/adv)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan