300 Warga Bandung Magang Jepang

jabarekspres.com, BANDUNG – Sebanyak 300 warga Kota Bandung akan menjadi pekerja industri di Jepang dalam program pemagangan yang diselenggarakan Kementerian Tenaga Kerja, dan Pemerintah Kota Bandung.

Rencananya para peserta akan disebar di beberapa industry dalam jangka waktu Tiga tahun. Direktur Bina Pemagangan Kementerian Tenaga Kerja Asep Gunawan mengatakan meraka yang saat sudah terjaring dari hasil kualifikasi bahasa dan beberapa aspek lainya.  ”Mereka akan di tempatkan ke beberapa sektor seperti konstruksi, kuliner, hotel, keperawatan, dan otomotif,” kata Asep saat ditemui di Pendopo Kota Bandung Jalan Dalam Kaum, kemarin (20/7).

Lanjut Asep, ada beberapa sektor untuk penempatan mereka, di konstruksi, kuliner, perhotelan, otomotif dan keperawatan. Namun sebutnya, semua itu tergantung saat mereka diwawancara dan diseleksi sesuai Nilai (N)  mereka. ”Penentapan sesuai dengan hasil wawancara dan kemampuan mereka,” imbuhnya.

Terang Asep, karena terendah N4 mereka bisa memahami intruksi saja, namun N1, N2 dan N3 dapat berkomunikasi. Apalagi sekarang Jepang sedang menghadapi olimpiade Tahun 2020 sehingga banyak membutuhan tenaga kerja.

Menurutnya, tujuan program pemagangan selama ini berhasil diwujudkan, dari 3 ribu peseta, 90 persen di antaranya berhasil menjadi pengusaha atau  profesional setelah kembali ke Tanah Air.

”Kami kemarin mengadakan reuni akbar alumni peserta magang. Yang datang 2 ribu, telah jadi pengusaha, dan Seribuan-nya jadi manager. Jadi sangat efektif dan efisien pola pelatihan melalui skema magang. Magang ini skema pelatihan,” kata dia.

Mereka yang mengikuti program ini ditempatkan selama tiga tahun. Jika telah memenuhi masa tugas, peserta harus kembali ke Indonesia dan tidak diperkenankan. Kecuali, jika industri tempat  magang memintanya kembali untuk bekerja.

Hingga saat ini, pemerintah berusaha membuka peluang kerja sama dengan negara lain seperti Belanda, Kanada, Selandia Baru untuk program pemagangan.

Sebut dia, saat di Jepang para magang itu tidak mendapatkan upah murah karena upah yang mereka dapat mengikuti upah daerah yang ditempatkan. ”Tertinggi di Tokyo, kurang lebih Rp 18 juta. Jadi kalau mereka disana hemat tidak mengikuti permainan teman-teman yang bandel, ya pengalaman sudah-sudah bisa bawa Rp 450 juta,” terangnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan